Saturday, 16 August 2014

Ringkasan ANATTALAKKHANA SUTTA (Samyutta Nikaya, XXII, 59) sifat-sifat tanpa keakuan



I.          Nidana
dibabarkan sang Buddha kepada lima orang pertapa di Benares, Isipatana, Taman Rusa (Migaya), 5 hari setelah Dhammacakkapavatana Sutta.


II.       Latar belakang
1.      Adanya persoalan ‘aku’.
2.      Pada jaman sang Buddha orang menganggap bahwa ‘aku’ adalah sumber penderitaan. Jika orang tidak mau menderita, maka dia harus membersihkan ‘aku’ nya dengan menyiksa diri. Jadi, mereka beranggapan bahwa orang dapat menyatu dengan ‘yang esa’ (mencapai keabadian) dengan cara menyiksa diri untuk membersihkan ‘aku’.
3.      Agama hindu mengatakan dalam veda bahwa ‘aku’ adalah ibarat seekor burung yang berpindah-pindah dari satu pohon kepohon yang lain. Jasmani diibaratkan sebagai pohon. jadi, burung-burung itu terbang kemana ia suka (sesuai dengan karmanya) untuk mencari sebatang pohon (maksudnya proses tumimbal lahir).

III.    Isi
1.      pancakkhandha
rupa (jasmani), vedana (perasaan), sanna (pencerapan), sankhara (bentuk-bentuk pikiran), vinnana (kesadaran), bukan ‘aku’ tetapi hanya proses.
a.       jika pancakkandha ini ‘aku’
-       maka pancakkandha ini tidak menimbulkan penderitaan
-       orang yang memiliki pancakkandha demikian dapat berpikir “biarlah pancakkandha ku seperti ini, biarlah pancakkhandha ku tidak seperti ini”.
b.      tetapi, oleh karena pancakkhandha ini bukan ‘aku’
-       maka menimbulkan penderitaan.
-       tidak seorang pun dapat memiliki pancakkhandha dengan berpikir “biarlah pancakkhandhaku seperti ini, biarlah pancakkhandhaku tidak seperti ini”.

2.      pancakkhandha---- tidak kekal

3.      karena tidak kekal---menyedihkan
4.      jadi apa saja yang:
a.       tidak kekal
b.      menyedihkan
c.       tunduk pada perubahan
tidak patut dipandang demikian:
a.       ini milikku
b.      ini aku
c.       ini diriku

5.      pancakkhandha
a.       yang lalu, yang akan datang, yang sekarang ada (atitanagatapaccuppannam).
b.      dalam diri sendiri maupun di luar diri sendiri (ajjhattam va bahiddha va).
c.       yang kasar atau yang halus (olarikam va sukhumam va)
d.      yang rendah maupun luhur
e.       yang jauh maupun yang dekat (yandure santike va).
sepatutnya dipandang dengan pengertian benar, demikian:
a.       ini bukan milikku (netam mama)
b.      ini bukan aku (nesohamasmi)
c.       ini bukan diriku (na meso attati)

6.      Apabila siswa ariya (ariyasavako) telah mendengar ini dan telah memahaminya, maka dia menjauhkan diri dari kemelekatan pancakkhandha.

7.      Apabila dia telah menjauhkan diri dari semua itu,
a.       hawa nafsu menjadi paham
b.      dia terbebas
c.       timbullah pengetahuan bahwa dia telah bebas
d.      dia memahami:
a.       tumimbal lahir telah padam (khina jati)
b.      telah tercapai hidup suci (vusitam brahmacariyam)
c.       tidak ada lagi yang harus dikerjakan (katam karaniyam)
d.      tidak kembali lagi ke dunia ini (na param itthahhayati pajanatiti)

8.      Hasil khotbah
a.       kelima bhikkhu merasa puas dan mengerti sabda beliau
b.      batin mereka tidak lagi dikotori oleh kemelekatan
c.       kelima bhikkhu mencapai arahat.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar

Blogger Zeroalta

Pink Lotus Flower
Please klik some Ads...! close

Ads promo :