Pokok Bahasan : Model Komunikasi Massa
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah memperoleh materi ini
mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang pengertian model, fungsi
model, model S – R, dan Model Schramm.
I. Pengertian
Model adalah representasi suatu
fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting
fenomena tersebut.
Model komunikasi tidak sama
dengan fenomena komunikasi. Model adalah alat untuk menjelaskan atau untuk
mempermudah penjelasan komunikasi.
Menurut Sereno dan Mortensen,
suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya
komunikasi.
Model disebut juga sebagai
gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan perkataan
lain, model adalah teori yang disederhanakan.
II. Fungsi dan Manfaat Model
Ada 3 fungsi model komunikasi
sebagai berikut :
- melukiskan proses komunikasi
- menunjukkan hubungan visual
- membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.
III. Model-model Komunikasi
1. Model S – R (Model Stimulus
Respons)
Model S – R
adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin
psikologi, khususnya psikologi behavioralistik.
Model ini menjelaskan
komunikasi sebagai suatu proses “aksi-reaksi” yang sangat sederhana.
Contoh model S – R adalah
:
= Seorang pria berekedip
pada seorang wanita kemudian wanita itu tersipu malu.
=
Si Ali tersenyum pada Rina, kemudian Rina membalas tersenyum pula.
Jadi
model S – R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan atau tulisan), isyarat
nonverbal, gambar-gambar tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan
respons dengan cara tertentu.
Oleh
karena itu, kita dapat menganggap proses ini sebagai pertukaran atau pemindahan
informasi atau gagasan. Proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak
efek.
Secara
implisit, asumsi model S – R mengatakan bahwa perilaku manusia dapat
diramalkan. Singkatnya, komunikasi dianggap statis yang menganggap bahwa
manusia selalu berperilaku karena kekuatan dari luar/stimulus, bukan
berdasarkan kehendak atau keinginan sendiri.
Bagan model S – R adalah
sebagai berikut :
Stimulus Respons
Model S – R ini sama dengan Model Jarum Suntik (Hypodermic
Needle Model). Model ini mengasumsikan media massa secara langsung, cepat,
dan ampuh/powerfull atau mempunyai efek yang kuat atas
audience/khalayak.
Media massa diibaratkan
sebagai sebuah jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang
(S) yang amat kuat dan menghasilkan tanggapan ( R ) yang kuat pula, bahkan
secara otomatis, reflektif, dan mekanistis.
Model S – R atau Jarum
Suntik ini menggambarkan bahwa pesan-pesan media massa sampai kepada khalayak
atau individu tanpa melalui perantara.
2. Model Komunikasi Jarum Hipodermik (Hypodermic
Needle Model)
Istilah model jarum hipodermik dalam komunikasi mssa
diartikan sebagai media massa yang dapat menimbulkan efek yang kuat, langsung,
dan terarah, dan segera. Efek yang segera dan langsung itu sejalan dengan
pengertian Stimulus – Respon yang mulai dikenal sejak penelitian dalam
psikologi tahun 1930-an.
Menurut Elihu Katz, model ini berasumsi :
1) Media massa sangat ampuh
dan mampu memasukkan ide-ide pada benak komunikan yang tak berdaya.
2) Khalayak yang tersebar
diikat oleh media massa, tetapi di antara khalayak tidak saling berhubungan.
Model jarum hipodermik ini menganggap komunikasn
bersifat pasif (tidak berdaya). Artinya komunikan menerima begitu saja
pesan-pesan yang diberikan oleh media massa tanpa ada pertimbangan atau
pemikiran terlebih dahulu. Ide-ide baru yang diterima dari media massa
menimbulkan efek yang langsung, seperti obat yang dimasukkan ke dalam jarum
suntik lalu ditanamkan kepada pasien/komunikan, sehingga dalam beberapa saat
hasilnya sudah dapat dirasakan..
3. Model Komunikasi Satu Tahap (One Step Flow of
Communication)
Model komunikasi berikutnya adalah model komunikasi
satu tahap.Model ini merupakan pengembangan dari model komunikasi jarum
hipodermik. Karena itu, pesan yang disampaikan disalurkan melalui media massa
langsung ditujukan kepada komunikan tanpa melalui perantara. Namun pesan
tersebut tidak mencapai semua komunikan dan juga tidak menimbulkan efek yang
sama pada setiap komunikan.
Model komunikasi satu tahap ini mengakui bahwa :
1) Media tidak mempunyai
kekuatan yang hebat
2) Aspek pilihan dari
penampilan, penerimaan, pemahaman dalam ingatan
Yang selektif mempengaruhi
suatu pesan.
- Untuk setiap komunikan terjadi efek yang berbeda.
Selanjutnya model komunikasi satu tahap memberikan
kebebasan seluas-luasnya kepada saluran komunikasi massa untuk memancarkan efek
komunikasi secara langsung.
4. Model Komunikasi Dua Tahap (Two Step Flow of
Communication)
Model ini lahir berlandaskan pada model Jarum
Hipodermik. Lazarsfeld, Berelson, dan Guadet melakukan penelitian mengenai
efek-efek komunikasi massa pada kampanye pemilihan presiden di Amerika Serikat
tahun 1940.
Studi yang mereka lakukan mencoba untuk mengetahui
bagaimana peranan media massa dalam mengadakan perubahan. Hasilnya sangat
mengejutkan, mengingat bahwa pengaruh media massa ternyata hanya kecil sekali.
Orang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antarpribadinya dalam menentukan
keputusan politiknya daripada dipengaruhi oleh media massa.
Hasil penelitian tersebut menimbulkan anggapan bahwa
ide-ide seringkali mengalir melalui radio dan media cetak dan diterima oleh
pemuka pendapat (opinion leader).Melalui pemuka pendapat inilah ide tersebut
tersebar ke seluruh anggota masyarakat.
Model komunikasi dua tahap ini dalam prosesnya
berlangsung dua tahap.
Tahap I : dari media massa kepada orang-orang tertentu
di antara mass audience (opinion leader) yang bertindak selaku gate
keepers. Dari sini pesan-pesan media massa disampaikan keapda
anggota-anggota mass audience yang lain sebagai Tahap II., sehingga
pesan-pesan media akhirnya mencapai seluruh penduduk
Model komunikasi Massa Dua Tahap dpat membantu untuk
menempatkan perhatian pada peranan media massa yang dihubungkan dengan
komunikasi antarpribadi. Perbedannya dengan model jarum hipodermik yang
memandang massa sebagai suatu kesatuan yang terdiri ari individu-individu yang
pasif terikat pada media, adalah bahwa model yang kedua ini memandang massa sebagai
individu-individu yang aktif berinteraksi.
Bagan Two Step Flow Model adalah sebagai
berikut :
Pesan-pesan
Opinion
Followers
Media massa
Leaders (Mass
Audience)
Para opinion leaders dan followers secara
keseluruhan adalah mass audience. Pada umumnya opinion leaders lebih
banyak bersentuhan dengan media massa dibandingkan dengan followers.
Karena posisinya, opinion leaders berpengaruh terhadap followers-nya,
yang karena peranan opinion leaders pesan-pesan media massa mendapatkan efek
yang kuat.
Bagan tersebut memperlihatkan bahwa Model Alir Dua
Tahap merupakan komplementaritas antara komunikasi massa dan komunikasi
antarpribadi. Tahap pertama dari media
massa ke opinion leaders adalah komuniaksi massa, sedangkan Tahap kedua dari
opinion leaders kepada followers adalah komunikasi antarpribadi.
Berdasarkan bagan tersebut terlihat bahwa volume
informasi yang sampai kepd masyarakat telah disaring oleh pemuka pendapat. Hal
ini berarti bahwa pemuka pendapat dapat menambah atau mengurangi volume
informasi semula yang disebarkan oleh media massa, sehingga bobot dan variasi
informasi akan berubah sesuai dengan pemikiran pemuka pendapat. Kemungkinan
penambahan dn pengurangan bobot dn variasi volume informasi itu bias positif
dan bia pula bersifat negative, tergantung pada watak dan kepentingan pemuka
pendapat tersebut. Jadi pemuka pendapat berperan sebagai gate keeper atau penjaga
gerbang informasi.
Model alir dua tahap ini dikembangkan sebagai suatu
studi klasik
tentang perilaku pemilih dalam kasus pemilihan
presiden Amerika Serikat pada tahun 1940 oleh Paul Lazarsfeld dkk.
Penemuan teori Lazarsfeld ini sekaligus menjatuhkan
model/teori peluru atau jarum suntik (Hypodermic Needle Model).
Kelebihan Model Alir Dua Tahap
1. Model ini banyak membantu
kita dalam memusatkan perhatian atas adanya hubungan yang komplementer atau
saling melengkapi antara komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi.
2. Adanya peranan aktif dari
pemuka pendapat (opinion leaders) dan cara-cara berkomunikasi tatap muka yang
dipandang mempunyai peranan penting dalam setiap situasi komunikasi, khususnya
bagi masyarakat di negara berkembang.
3. Model ini secara umum
memberikan kerangka kerja yang secara konseptual dapat dipakai guna meneliti
gejala komunikasi yang bersifat kompleks.
4. Model komunikasi dua tahap
ini memprlihat dua hal yang menonjo, yaitu :
a. Diberikannya perhatian
khusus pada peranan pemuka pendapat sebagai sumber informasi
b. Beberapa penyempurnaan
dari model komunikasi dua tahap sebagaimana dikenal dalam model komunikasi satu
tahap dn model komunikasi banyak tahap.
Kekurangan Model Alir Dua Tahap
1. Model tersebut menyatakan
bahwa individu yang aktif dalam mencari informasi hanyalah pemuka pendapat,
sedngkan anggota masyarakat pada umumnya bersifat pasif. Kegiatan pemuka
pendapat dianggap sebagai usaha untuk memperoleh kesempatan berperan sebagai
pemrakarsa komunikasi. Kenyataan memperlihatkan bahwa ad model komunikasi yang
menunjukkan bahwa pemuka pendapat ada yang pasif dalam mencari informasi.
2. Pandangan bahwa dalam
proses komunikasi massa pad hakikatnya terjadi dua tahap, ternyata membatasi
proses analisisnya, sebab proses komunikasi dapat terjadi dalam dua tahap atau
lebih. Dalam kasus tertentu, dapat saja terjadi proses komunikasi satu tahap,
misalnya media massa langsung mempengaruhi khalayak. Dalam kasus lain, media
massa menimbulkan proses komunikasi banyak tahap.
3. Model komunikasi dua tahap
menunjukkan betapa tergantungnya pemuka pendapat akan informasi yang disebarkan
media massa. Tetapi sekarang ini ada indikasi yang membuktikan bahwa pemuka
pendapat memperoleh informasi melalui asluran-saluran yang bukan media massa.
4. Penelitian tahun 1940
tersebut, yang menghasilkan model komunikasi dua tahap, mengabaikan perilaku
khalayak berdasarkan “waktu” pengenalan ide baru. Penelitian tentang difusi dan
inovasi menunjukkan bahwa mereka yang mengenal lebih dahulu sudatu ide baru
ternyata lebih banyak memanfaatkan media massa dibandingkan dengan mereka yang
mengenal ide baru tersebut kemudian. Dengan demikian, para pemuka pendapat pada
umumnya adalah pengenal awal ide baru, seangkan ketergantungan mereka pada
media massa lebih banyak ditentukan oleh kedudukan mereka sebagai pengenal
aawal daripad sebgai pemimpin masyarakat.
5. Berbagai saluran
komunikasi berperan dalam berbagai tahap penerimaan inovasi dan proses
pengambilan keputusan. Model komunikasi dua tahap tidak menunjukkan adanya
perbedaan peranan dari berbagai saluran komunikasi dlam hubungannya dengan
tahap-tahap inovasi. Studi tentang difusi inovasi menunjukkan beberapa tahap
sebagai berikut :
a. tahap penyadaran
b. tahap pembujukan
c. tahap keputusan
d. tahap pemantapan
6. pemisahan khalayak atas
pemuka pendapat dan masyarkat pengikut
diberikan oleh model
komunikasi dua tahap. Padahal dalam kenyataan,
tidak selamanya mereka
yang disebut followers adalah menjadi pengikut
dari pemuka pendapat.
Kritik yang terutama diberikan pad model
ini adalah, kenyataan
Menunjukkan bahwa proses komunikasi massa
tidak berjalan
Sesederhana atau
semata-mata dua tahap.
Pengukuran Kepemimpinan Pemuka
Pendapat
Ada 3
metode utama untuk mengukur kepemimpinan pemuka pendapat sebagai berikut :
1)
Sociometric Method
Menurut
metode ini kepada masyarakat ditanyakan kepada siapa mereka meminta atau
mencari informasi atau nasihat mengenai masalah-maslah kemasyarakatan yang
mereka hadapi. Pemimpin dalam hal ini adalah mereka yang menjadi anggota
masyarakat tersebut dan yang memiliki informasi banyak.
Metode
sosiometrik ini merupakan alat pengukur ayng paling valid untuk menentukan
siapa yang amenjadi pemimpin dalamm masyarakat sesuai dengan pandangan para
pengikutnya.
2)
Informant’s Rating
Dalam
metode ini diajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu kepada orang-orang tertentu
(responden) yang dianggap sebagai key informan dalam amsyarakat mengenai siapa
yang dianggap masyarakat sebagai pemimpinnya. Key informan yang dipilih harus
yang benar-benar akrab dengan sistem masyarakat.
3) Self
Designating Method
Kepada
setiap responden diajukan rangkaian pertanyaan untuk menentukan dalam tingkat
mana ia menganggap dirinya sebagai pemimpin dalam masyarakatnya. Pertanyaan
khas yang dapat diajukan adalah : “menurut saudara, selain pada pemuka pendapat
pada siapakah masyarakat meminta informasi atau nasihat?” Validitas pertanyaan
ini banyak bergantung pada ketepatan respondenn untuk mengidentifikasi dirinya
sebagai pemimpin.
Karakteristik Pemuka Pendapat
1.
Lebih tnggi pendidikan formalnya daripada anggota masyarakat lainnya
2.
Lebih tinggi status sosial ekonominya
3.
Lebih inovatif dalam mengadobsi nilai-nilai dan ide baru
4.lebih
tinggi pengenalan medianya
5.
Kemampuan emphaty mereka lebih besar
6.
Partisipasi sosial mereka lebih besar
7.
Lebih kosmopolit
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar