Saturday, 23 August 2014

KEJAYAAN NEGARA INDONESIA



Di Indonesia zaman sekarang banyak pelanggaran dan pendustaan. Orang satu dengan yang lain saling menipu. Mereka semua saling bermusuhan. Orang kaya semakin berkuasa. Orang kecil semakin ditindas. Apakah ini pertanda kemakmuran dan kejayaan kembali negara ini ?

Banyak hal yang menjadi permasalahan. Kejayaan negara Indonesia hanyalah isapan jempol semata. Para penguasa hanya memikirkan kepentingan perutya saja. Kelaparan, kemiskinan, dan ketidakadilan terjadi di negara ini. Pemimpin yang hanya memikirkan organisasi partainya sendiri. Semua itu adalah permasalahan yang ada pada kenyataan saat ini. Tetapi mengapa para pemegang kekuasaan mengatakan Indonesia semakin sejahtera.
Para calon pemimpin harus belajar dari sejarah Nusantara salah satunya adalah kerajaan Majapahit yang memiliki sistem tata hukum dan Solidaritas antar penduduk yang tinggi. Disaat masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk adalah masa kejayaan Majapahit pada saat itu. Hal ini telah dijelaskan di kitab Nagara Krtagama yang ditulis oleh sang pujangga Mpu Prapanca. Beliau mulai mencatat hal-hal yang indah menurutnya untuk di catatkannya. Kitab Nagara Krtagama berisi sangat lengkap dalam pembagiaannya yang berjumlah sembilan puluh delapan (98) bagian, dengan 41 wiramanya, isi ringkasnya sebagai berikut: a) Wirama 1, pujian Sang Pujangga pada Raja Rajasa Nagara yang diandaikan sebagai titisan Dewa Giri Nata ke alam nyata, serta beberapa dewa lainnya. b) Wirama 2-6 menguraikan kekerabatan Raja Rajasa Nagara yakni Neneknya Dyah Gayatri, ibunya Rani Kahuripan yang bersaudara dengan Rani Daha, Sang Raja mempunyai dua adik perempuan, serta keluarga lainnya. c) Wirama 7, pujian pada Raja Hayam Wuruk (Rajasa Nagara). d) Wirama 8-12 Menguraikan keindahan istana Majapahit. e) Wirama 13-16 menguraikan tentang menguarikan wilayah jajahan dan negara sahabatyang berhubungan dengan majapahit. f) Wirama 17-55 menguraikan perjalanan Raja Rajasa Nagara ke daerah sekitar. g) Wirama 56-60 menuturkan kunjungan Baginda Raja ke candi makam. h) Wirama 61-62 sembahyang ke candi Simping serta memperbaikinya. i) Wirama 63-67 menuturkan upacara srada untuk arwah Dyah Gayatri. j) Wirama 68-69 menguraikan pembagian kerajaan Erlangga  oleh Mpu Bradah. k) Wirama 70-73 menguraikan saat sang raja kembali mendapati Sang Patih Gajah Mada sakit lalu meninggal. l) Wirama 74-82 menjelaskan sejumlah candi makam di desa ke-Buddha dan desa ke-Siwaan khususnya di Jawa Bali. m) Wirama 83-84 menguraikan keagungan raja Raja Nagara hingga banyak orang berkunjung ke Majapahit. n) Wirama 85-92 menuturkan pada bulan Caitra (Maret-April) untuk bermusyawarah membicarakan penghormatan pada Baginda Raja dilengkapi dengan aneka pertunjukan, pertandingan, serta pembagian hadiah. o) Wirama 93-94 uraian Sang pujangga tentang banyak para pujangga mengisahkan keagungan Sang Raja Rajasa Nagara. p) Wirama 95-98  Sang Pujangga menuturkan nasibnya yang dihinkan para brahmana (khusunya Siwa) karena Sang Pujangga menganut faham Buddha yang pada masa itu Brahmana siwa lebih populer. Sebagian Wirama dari Nagara Krtagama menceritakan tentang kejayaan Kerajaan Majapahit saat pimpinan raja Hayam Wuruk.
Menurut agama Buddha pemimpin yang membuat rakyat makmur dan membuat negara berjaya harus memiliki sepuluh syarat, yaitu:
1.  Dana (bermurah hati) ; seorang pemimpin tidak boleh terlalu terikat dengan kekayaannya, dia memberikan pertolongan baik berupa materi maupun non materi bahkan bersedia mengorbankan hartanya demi kepentingan anggotanya.
2.  Sila (bermoral); pemimpin harus memiliki sikap yang baik dengan pikiran, ucapan, perbuatan dan hidup berperilaku sesuai dengan aturan moralitas.
3.    Paricagga (berkorban) ; seorang pemimpin harus rela mengorbankan kesenangan atau kepentingan pribadi demi kepentingan orang banyak.
4.    Ajjava (tulus hati dan bersih) ; memliki kejujuran, ketulusan sikap maupun pikiran dan kebersihan tujuan serta cita-cita dalam kepemimpinannya.
5.    Maddava (ramah tamah dan sopan santun) ; memiliki sikap ramah tamah, simpatik dan menjaga sopan santun melalui pikiran, ucapan dan perbuatan.
6.    Tapa (sederhana) ; membiasakan diri dalam hidup kesederhanaan dan tidak berlebih-lebihan dalam kebutuhan hidup.
7.    Akkodha (tidak berniat jahat, bermusuhan dan membenci) ; memiliki sifat pemaaf dan bersahabat, menjauhi niat jahat, permusuhan dan kebencian.
8.    Avihimsa (tanpa kekerasan) ; tidak menyakiti hati orang lain, memelihara sikap kekeluargaan, senang pada perdamaian, menjauhi segala sikap kekerasan dan penghancuran hidup.
9.    Khanti (sabar dan rendah hati) ; memiliki kesabaran pada saat mengalami halangan dan kesulitan. Memiliki kerendahan hati pada saat menghadapi hinaan dan celaan, sehingga menimbulkan pengertian dan kebijaksanaan pada saat menentukan keputusan.
10. Avirodhana (tidak menimbulkan atau mencari pertentangan) ; tidak menentang dan menghalangi kehendak mereka yang dipimpinnya untuk memperoleh kemajuan sesuai dengan tujuan dan cita-cita kepemimpinannya. Ia harus hidup bersatu dengan anggota sesuai dengan tuntutan hati nurani.
Kesepuluh hal tersebut harus ada untuk menjadi pemimpin yang bijaksana. Kejayaan akan tumbuh jika pemimpin memiliki sepuluh kualitas tersebut.
Apakah Indonesia akan mencapai kejayaan seperti saat zaman Majapahit dulu. Ataukah Indonesia akan dihancurkan oleh para pemimpin yang tidak mendukung rakyatnya. Itulah yang akan menjadi pilihan dari pemerintah negara ini. Rakyat juga harus selalu melihat secara apa adanya sesuai dengan hati nurani pada saat memilih calon pemimpin. Jangan karena terkenalnya, kekayaannya, kekuatannya, dan Intelektual. Pemimpin yang arif adalah pemimpin yang senantiasa bersahaja, jujur, selalu menepati janji, dan selalu pro terhadap rakyatnya itulah pemimpin yang diharapkan oleh semua masyarakat saat ini.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar

Blogger Zeroalta

Pink Lotus Flower
Please klik some Ads...! close

Ads promo :