Di
Indonesia zaman sekarang banyak pelanggaran dan pendustaan. Orang satu dengan
yang lain saling menipu. Mereka semua saling bermusuhan. Orang kaya semakin
berkuasa. Orang kecil semakin ditindas. Apakah ini pertanda kemakmuran dan
kejayaan kembali negara ini ?
Banyak
hal yang menjadi permasalahan. Kejayaan negara Indonesia hanyalah isapan jempol
semata. Para penguasa hanya memikirkan kepentingan perutya saja. Kelaparan,
kemiskinan, dan ketidakadilan terjadi di negara ini. Pemimpin yang hanya
memikirkan organisasi partainya sendiri. Semua itu adalah permasalahan yang ada
pada kenyataan saat ini. Tetapi mengapa para pemegang kekuasaan mengatakan
Indonesia semakin sejahtera.
Para calon pemimpin harus belajar dari sejarah
Nusantara salah satunya adalah kerajaan Majapahit yang memiliki sistem tata
hukum dan Solidaritas antar penduduk yang tinggi. Disaat masa pemerintahan Raja
Hayam Wuruk adalah masa kejayaan Majapahit pada saat itu. Hal ini telah
dijelaskan di kitab Nagara Krtagama
yang ditulis oleh sang pujangga Mpu Prapanca. Beliau mulai mencatat hal-hal
yang indah menurutnya untuk di catatkannya. Kitab Nagara Krtagama berisi sangat lengkap dalam pembagiaannya yang
berjumlah sembilan puluh delapan (98) bagian, dengan 41 wiramanya, isi
ringkasnya sebagai berikut: a) Wirama 1, pujian Sang Pujangga pada Raja Rajasa Nagara yang
diandaikan sebagai titisan Dewa Giri Nata ke alam nyata, serta beberapa dewa
lainnya. b) Wirama 2-6 menguraikan
kekerabatan Raja Rajasa Nagara yakni Neneknya Dyah Gayatri, ibunya Rani
Kahuripan yang bersaudara dengan Rani Daha, Sang Raja mempunyai dua adik
perempuan, serta keluarga lainnya. c) Wirama
7, pujian pada Raja Hayam Wuruk (Rajasa Nagara). d) Wirama 8-12 Menguraikan keindahan istana Majapahit. e) Wirama 13-16 menguraikan tentang
menguarikan wilayah jajahan dan negara sahabatyang berhubungan dengan
majapahit. f) Wirama 17-55
menguraikan perjalanan Raja Rajasa Nagara ke daerah sekitar. g) Wirama 56-60 menuturkan kunjungan
Baginda Raja ke candi makam. h) Wirama
61-62 sembahyang ke candi Simping serta memperbaikinya. i) Wirama 63-67 menuturkan upacara srada
untuk arwah Dyah Gayatri. j) Wirama 68-69
menguraikan pembagian kerajaan Erlangga
oleh Mpu Bradah. k) Wirama 70-73 menguraikan
saat sang raja kembali mendapati Sang Patih Gajah Mada sakit lalu meninggal. l)
Wirama 74-82 menjelaskan sejumlah
candi makam di desa ke-Buddha dan desa ke-Siwaan khususnya di Jawa Bali. m) Wirama 83-84 menguraikan keagungan raja
Raja Nagara hingga banyak orang berkunjung ke Majapahit. n) Wirama 85-92 menuturkan pada bulan
Caitra (Maret-April) untuk bermusyawarah membicarakan penghormatan pada Baginda
Raja dilengkapi dengan aneka pertunjukan, pertandingan, serta pembagian hadiah.
o) Wirama 93-94 uraian Sang pujangga
tentang banyak para pujangga mengisahkan keagungan Sang Raja Rajasa Nagara. p) Wirama 95-98 Sang Pujangga menuturkan nasibnya yang
dihinkan para brahmana (khusunya Siwa) karena Sang Pujangga menganut faham
Buddha yang pada masa itu Brahmana siwa lebih populer. Sebagian Wirama dari
Nagara Krtagama menceritakan tentang kejayaan Kerajaan Majapahit saat pimpinan
raja Hayam Wuruk.
Menurut
agama Buddha pemimpin yang membuat rakyat makmur dan membuat negara berjaya
harus memiliki sepuluh syarat, yaitu:
1.
Dana (bermurah hati) ; seorang
pemimpin tidak boleh terlalu terikat dengan kekayaannya, dia memberikan
pertolongan baik berupa materi maupun non materi bahkan bersedia mengorbankan
hartanya demi kepentingan anggotanya.
2.
Sila (bermoral);
pemimpin harus memiliki sikap yang baik dengan pikiran, ucapan, perbuatan dan
hidup berperilaku sesuai dengan aturan moralitas.
3. Paricagga (berkorban) ;
seorang pemimpin harus rela mengorbankan kesenangan atau kepentingan pribadi
demi kepentingan orang banyak.
4. Ajjava (tulus hati dan
bersih) ; memliki kejujuran, ketulusan sikap maupun pikiran dan kebersihan
tujuan serta cita-cita dalam kepemimpinannya.
5. Maddava (ramah tamah dan
sopan santun) ; memiliki sikap ramah tamah, simpatik dan menjaga sopan
santun melalui pikiran, ucapan dan perbuatan.
6. Tapa (sederhana) ;
membiasakan diri dalam hidup kesederhanaan dan tidak berlebih-lebihan dalam
kebutuhan hidup.
7. Akkodha (tidak berniat
jahat, bermusuhan dan membenci) ; memiliki sifat pemaaf dan bersahabat,
menjauhi niat jahat, permusuhan dan kebencian.
8. Avihimsa (tanpa kekerasan)
; tidak menyakiti hati orang lain, memelihara sikap kekeluargaan, senang pada
perdamaian, menjauhi segala sikap kekerasan dan penghancuran hidup.
9. Khanti (sabar dan rendah
hati) ; memiliki kesabaran pada saat mengalami halangan dan kesulitan.
Memiliki kerendahan hati pada saat menghadapi hinaan dan celaan, sehingga
menimbulkan pengertian dan kebijaksanaan pada saat menentukan keputusan.
10. Avirodhana (tidak
menimbulkan atau mencari pertentangan) ; tidak menentang dan menghalangi
kehendak mereka yang dipimpinnya untuk memperoleh kemajuan sesuai dengan tujuan
dan cita-cita kepemimpinannya. Ia harus hidup bersatu dengan anggota sesuai
dengan tuntutan hati nurani.
Kesepuluh hal
tersebut harus ada untuk menjadi pemimpin yang bijaksana. Kejayaan akan tumbuh
jika pemimpin memiliki sepuluh kualitas tersebut.
Apakah
Indonesia akan mencapai kejayaan seperti saat zaman Majapahit dulu. Ataukah
Indonesia akan dihancurkan oleh para pemimpin yang tidak mendukung rakyatnya.
Itulah yang akan menjadi pilihan dari pemerintah negara ini. Rakyat juga harus
selalu melihat secara apa adanya sesuai dengan hati nurani pada saat memilih
calon pemimpin. Jangan karena terkenalnya, kekayaannya, kekuatannya, dan Intelektual.
Pemimpin yang arif adalah pemimpin yang senantiasa bersahaja, jujur, selalu
menepati janji, dan selalu pro terhadap rakyatnya itulah pemimpin yang
diharapkan oleh semua masyarakat saat ini.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar