I.
Pengantar
1.
Sang Buddha sedang merenungkan untuk mengajarkan
dhamma yang dalam dan sulit.
2.
Brama Sahampati datang.
Sang Buddha (pertapa Gotama) baru saja mencapai
penerangan agung, beliau berpikir tentang siapa yang mampu menerima khobah
dhamma beliau. Pada saat demikian itu, datanglah Brahma Sahampati.
3.
Perhatian beliau tertuju pada dua orang mantan
gurunya
4.
Perhatian terakhir tertuju pada lima orang
pertapa.
5.
Sang Buddha berjalan kaki menuju Benares, dalam
perjalanan beliau bertemu denan pertapa Upaka yang ‘mengejek’ sang Buddha.
6.
Sambutan lima pertapa kepada sang Buddha
7.
Isi Dhammacakppavattana Sutta.
II.
Nidana (yang merupakan ‘sebab’)
1.
kata pengantar
2.
kepada siapa
3.
oleh siapa
4.
berhubungan dengan kasus apa
5.
dimana
missal:
- dibabarkan oleh Sang Bhagava kepada Pancavaggiya bhikkhu
- di Taman Rusa, Isipatana, di kota Benares.
III. Isi
1.
Ada 2 hal
ekstrim yang tidak bervaedah, yaitu:
a.
menuruti kesenangan hawa nafsu rendah (kamasukhallika nuyogo)
b.
menyiksa
diri yang menyakitkan (attakilamatha
nuyogo)
2.
ada jalan
tengah (berunsur 8) yang bermanfaat, yaitu:
a.
samma ditthi :
pandangan/pengertian benar
b.
samma sankappo :
pikiran benar
c.
samma vaca :
ucapan benar
d.
samma kammanto :
perbuatan benar
e.
samma ajivo :penghidupan
benar/ mata pencaharian benar
f.
samma vayamo :
usaha/daya upaya benar
g.
samma sati :
perhatian benar
h.
samma Samadhi :
konsentrasi benar
3.
Manfaat jalan tengah (berunsur 8), yaitu:
a.
membukakan mata batin (cakkhukarani)
b.
menimbulkan pengetahuan (nanakarani)
c.
membawa ketentraman (upasamaya)
d.
kemampuan batin luar biasa (abhinnaya)
e.
kesadaran agung (sambodhaya)
f.
perealisasian nibbana (nibbanaya)
4.
Empat
Kebenaran Mulia, yaitu:
a.
kebenaran mulia tentang dukkha
b.
kebenaran mulia tentang sebab dukkha
c.
kebenaran mulia tentang terhentinya dukkha
d.
kebenaran mulia tentang jalan menuju terhentinya
dukkha
5.
Kebenaran mulai tentang dukkha. yaitu:
a.
kelahiran
b.
usia tua
c.
penyakit
d.
kematian
e.
kesedihan, ratap tangis, derita jasmani,
dukacita, putus asa
f.
berkumpul dengan yang tidak disenangi
g.
berisah dari yang dicintai
h.
tidak meperoleh apa yang diinginkan
i.
lima kelompok kemelekatan
6.
Kebenaran mulia tentang sebab dukkha:
yaitu tanha: hawa nafsu, ketagihan, keinginan rendah,
kehausan nafsu
a.
kama tanha : ketagihan terhadap kesenangan
indera
b.
bhava tanha : ketagihan terhadap penjelmaan
(untuk lahir lagi), untuk berlangsung
terus.
c.
vibbava tanha : ketagihan, untuk memusnahkan
diri sendiri (untuk tidak belangsung).
7.
Kebenaran mulia tentang terhentinya dukkha:
yaitu terhentinya semua hawa nafsu, tanpa sisa,
melepaskannya, bebas, terpisah sama sekali dari tanha (terealisasinya nibbana).
8.
Kebenaran mulia tentang jalan menuju terhentinya dukkha:
yaitu jalan mulia berunsur 8 (isinya lihat nomor 2 di
atas).
9.
Tiga tahap (tiparivattam), 12 segi pandangan
(dvadasakaram), yaitu:
a.
dukkha:
1.
diterima sebagai kebenaran
2.
harus dipahami
3.
telah dipahami
b.
sebab dukkha:
1.
diterima sebagai kebenaran
2.
harus dikikis
3.
telah dikikis
c.
terhentinya dukkha:
1.
diterima sebagai kebenaran
2.
harus direalisasi
3.
telah direalisasi
d.
jalan menuju terhentinya dukkha:
1.
diterima sebagai kebenaran
2.
harus dikembangkan
3.
telah dikembangkan
masing-masing
segi pandangan tersebut menimbulkan:
1.
pandangan (cakkhum udapadi)
indera mata mampu mengetahui dengan jelas dalam
menyaksikan dhamma di setiap tempat.
2.
pengetahuan (nanam udapadi)
pengetahuan terhadap yang lampau dan yang akan datang,
baik pada diri sendiri maupun pada makhluk lain.
3.
kebijaksanaan (panna udapadi)
mengetahui secara menyeluruh segala macam dhamma
4.
penembusan (vijja udapadi)
kemampuan khusus, yaitu mampu mengetahui hal-hal
dhamma
5.
cahaya (aloko udapadi)
memandang semua penjuru alam semesta hanya sebagai
‘dhatu’ saja. tidak ada laki-laki, wanita, manusia dsb. seperti pada waktu
siang ada matahari, semua dapat dipandang jelas, demikian pula dengan mata bati
tersebut.
10. Penegasan
bahwa karena hal-hal tersebut di atas telah
sempurna diselami, maka dibabarkan (dan sebaliknya).
11. Takala
khotbah sedang disampaikan, YA.Kondanna memperoleh mata dhamma (dhammacakkhu)
yang bersih tanpa noda.
12. Yang
terjadi setelah khotbah pertama, yaitu:
a.
para dewa
bumi berseru serempak. di dekat
benares, di isipatana, di migadaya, telah diputarroda dhamma yang indah tiada
tara bandingnya oleh snag bhagava.
yang tidak dapat dihentikan, baik oleh seorang samana,
brahmana, dewa, mara, brahma atau siapapun di dunia.
b.
mendengar kata-kata dewa bumi. Dewa Catumaharajika berseru serempak (idem di atas).
c.
dewa tavatimsa
d.
dewa yama
e.
dewa tusita
f.
dewa nimanarati
g.
dewa paranimmitavasavatti
h.
suara mereka menembus alam-alam rupa brahma
(brahmakayika deva)
i.
alam semesta tergugah dan bergoyang, dengan
bunyi gemuruh, dan cahaya yang gilang gemilang melebihi cahaya dewa, terlihat
didunia.
13. Siswa
sang bhagava yang pertama mengerti adalah Kondanna, oleh karena itu YA Kondanna
memperoleh nama julukan Anna Kondanna, yaitu Kondanna yang pertama mengerti.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar