Tuesday, 26 August 2014

Buddha Maitreya, Buddha Penyelamat manusia

Saya tidak tau bagaimana pandangan sobat pembaca mengenai Buddha Maitreya.Namun,saya sangat percaya akan kekuatan cinta kasih yang tak terbatas dari Buddha Maitreya.
Buddha Maitreya adalah Buddha Penyelamat Akhir Zaman
yang sangat luar biasa.

Buddha Maitreya adalah Buddha yang Akan menyelamatkan manusia dari lautan penderitaan.Sungguh Buddha Maitreya sangat luar biasa,baik,penuh Cinta Kasih.


Karakteristik Pratima Buddha Maitreya

Pratima Buddha Maitreya yang tampak di zaman sekarang adalah wujud dari Bhiksu Berkantong. SenyumanNya yang memenuhi wajah, daun telinga yang terkulai ke bawah, perut yang bulat besar, leher dan dada yang lebar, tangan menggengam kantong, sikapNya yang lugu, polos dan jujur.

Setiap orang ketika menatapNya akan timbul rasa suka yang mendalam. Pada umumnya Beliau dipanggil dengan sebutan Buddha Tawaria (Laughing Buddha) dan Buddha Bahagia (Happy Buddha). Bahkan banyak yang menjadikan Buddha Maitreya sebagai symbol rezeki sehingga menyebutNya Buddha Keberuntungan (Lucky Buddha).


Wajah Tersenyum Kasih - Wajah senyum Buddha Maitreya penuh dengan kasih sayang. Baik tua-muda, pria-wanita, atau agama dan bangsa apapun akan ikut tersenyum secara spontan ketika memandang pratima Buddha Maitreya tersebut. Semua makhluk berbahagia!

Daun Telinga Panjang - Buddha Maitreya maha penyayang, mampu memahami dan menghayati semua bahasa, bahkan diriNya dimarahi dan dicerca, Beliau tidak pernah marah.

Perut yang Besar dan Bulat - Buddha Maitreya maha pengasih, menampung segala masalah dunia. Buddha Maitreya senantiasa memaklumi semua golongan manusia tanpa diskriminasi.

Dada yang Lapang - melambangkan jiwa polos, tulus dan jujur Buddha Maitreya Dalam hatiNya, semua makhluk sama rata dan tiada diskriminasi.

Kantong Maitreya - melambangkan Maha Kasih dan Dharma Agung Buddha Maitreya yang tiada tara. KantongNya mampu menampung segala pusaka di jagat raya, mampu membawa kebahagiaan dan masa depan yang gemilang bagi umat manusia, serta mengakhiri kekacauan dunia.

Penampilan Yang Polos - Tampaknya polos lugu, sebenarnya merupakan cinta kasih dan kearifan Buddha Maitreya yang tak terhingga. Lugu polos merupakan metode terbaik untuk mengatasi berbagai masalah, pertikaian, perdebatan dan perbedaan. Dengan Maha KasihNya, Belaiu berperilaku seperti orang lugu. Buddha Maitreya menyebut diriNya Buddha Lugu. Buddha Maitreya dengan sikap yang tidak membeda-bedakan, tidak bertikai dan menuntut, berusaha sepenuh hati membantu orang lain meraih keberhasilan tanpa pamrih. Beliau tidak hanya menyelesaikan segala pertikaian umat manusia, tetapi Beliau juga menuntun umat manusia memancarkan kecemerlangan hati nuraninya, mewujudkan dunia sukawati di muka bumi ini.

Ikrar Agung Buddha Maitreya

Ikrar Agung Buddha Maitreya adalah:
Merubah dunia yang penuh kekacauan menjadi Dunia Masyarakat Madani.
Merubah dunia yang penuh kekotoran menjadi Bumi Suci.
Merubah dunia yang penuh kejahatan dan diskriminasi menjadi Dunia Nirwana.

Buddha Maitreya telah menegakkan Ikrar AgungNya sejak berjuta-juta kehidupan terdahulu. Beliau membina dengan hati kasih dan mengamalkan perilaku kasih di setiap kelahiranNya. KasihNya yang tiada tara bukan hanya tertuju kepada manusia, namun juga kepada segala makluk, segala kehidupan, bahkan langit, bumi, beserta segenap isinya.

Buddha Maitreya sangat mencintai dunia ini. Mencintai semua insan manusia. Mencintai makhluk yang beterbangan di angkasa, hewan yang berlarian dan merayap di daratan dan binatang yang hidup dalam lautan. Mencintai segala kehidupan di bumi ini hingga sebutir pasir dan sebongkah batu. Buddha Maitreya menghormati langit dan bumi sebagai orang tuaNya. Segala makhluk hidup sejiwa denganNya. Mencintai semua bangsa hewan sebagai saudaraNya. Beliau berikrar untuk membawakan sukacita kepada langit, bumi, manusia dan segala makhluk di muka bumi ini! Beliau berikrar mewujudkan Bumi Suci dan Taman Sukacita Alam Raya di dunia ini, sehingga langit, bumi, manusia dan segala makhluk hidup abadi, damai, sentosa dan bahagia. Terbebas dari segala malapetaka dan bencana.

Buddha Maitreya dengan kasihNya yang tiada tara bertekad menolong umat manusia menuntaskan penderitaan hidup. Buddha Maitreya bertekad mewujudkan Bumi Suci dan Taman Sukacita Alam Raya yang paling damai, maju, makmur, kuat, bahagia, sejahtera, ceria, harmonis, gembira, sempurna, sukacita, cemerlang, bebas leluasa, serba berkecukupan, tiada kilesa dan penderitaan serta tiada bencana di dunia.

Buddha Maitreya berikrar menciptakan keharmonisan antarnegara dan sesama manusia. Melampaui batas kewarganegaraan, suku bangsa, warna kulit, agama dan religi. Melenyapkan perbedaan kaya-miskin, hina-mulia, cerdas-bodoh, cantik-jelek. Dunia menjadi SATU KELUARGA!

Perubahan ini harus diawali dari mensucikan hati umat manusia! Buddha Maitreya yang maha pengasih menerima berbagai pukulan dan penderitaan dengan sabar, tanpa mengurangi jiwa kasihNya. Dengan perilaku kasih yang tak terhingga dan penuh kerendahan hati, Beliau berupaya sekuat tenaga membantu umat manusia mencapai keberhasilan tanpa pamrih. Senyum kasihNya yang tiada tara senantiasa membawa kebahagiaan dan kepercayaan diri. Melayani sepenuh hati, walaupun harus menerima berbagai ketidakadilan, cercaan dan fitnah.

Beliau dating menuntun umat manusia untuk menginsafi bahwa dalam diri kita terdapat pusaka yang tak terniali yaitu cinta kasih yang tak terbatas.

Beliau bertekad membimbing dan menuntun umat manusia mengamalkan perilaku nurani. Memahami bahwa langit, bumi, manusia dan segala makhluk hidup adalah satu keluarga! Manusia sudah seyogyanya mencintai langit, bumi, segala makhluk dan segala isinya! Setiap manusia memiliki segalanya! Kita semua telah dikarunia kesempatan bekerja dan berkarya untuk dunia. Kita adalah orang yang paling bahagia. Kita memiliki potensi untuk berhati, berperilaku dan berwajah kasih selamanya seperti yang dimiliki Buddha Maitreya.

Jika hati nurani setiap manusia sadar cemerlang, niscaya setiap keluarga hidup rukun harmonis, masyarakat tenteram sejahtera, negara maju dan kuat, dunia damai sentosa.

Karena itulah,
· Buddha Maitreya adalah perintis gerakan pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan global yang berkesinambungan.
· Buddha Maitreya adalah Guru Dunia yang mempelopori pelestarian spiritulitas nuraniah seluruh bangsa.
· Buddha Maitreya adalah Nabi Universal yang memprakarsai perdamaian, kemakmuran dan kesejahteraan dunia.

Di tengah dunia yang kacau dan penuh pergolakan ini, Beliau berikrar mengubahnya menjadi dami sentosa demi mewujudkan harapan dan impian umat manusia. Belia memiliki hati kasih yang tiada tara, Dharma Agung yang mukjizat, dan jodoh bajik yang tak terhingga. Dialah Juru Selamat Dunia yang Maha Agung.

Kelahiran-Kelahiran Buddha Maitreya

Sejak berjuta-juta kehidupan terdahulu, Buddha Maitreya telah menjalin jodoh ilahi, jodoh Buddha dan jodoh Ketuhanan dengan segenap umat manusia.

Pertapa Sarvajna Prabha Manusia Dewa pada Asamkheya Kalpa yang tak terhingga.

Dalam Sutra Pertapa Sarvajna Prabha Manusia Dewa Berhati Kasih Berpantang Makan Daging, pada masa dahulu yang tak terkira lamanya, terlahirlah seorang Buddha dengan gelar suci Maitreya. Beliau mengajarkan Catur Paramita Maitri, Karuna, Mudita dan Upekkha untuk membimbing manusia. Saat itu terdapat seorang pembina besar bernama Pertapa Berkearifan Cemerlang yang menguasai berbagai ilmu yang tinggi dan sangat bijaksana. Kemudian Beliau menjadi siswa Buddha dan mengamalkan Buddha Dharma dengan segenap hati. Beliau berikrar kelak pasti harus menjadi Buddha dan juga bergelar Maitreya. Karena itu Beliau meninggalkan keluarga dan masuk ke hutan untuk bertapa. Saat itu Beliau disebut oleh manusia sebagai Dewa.

Setelah Sang Pertapa bertapa di hutan belantara, pada suatu tahun terjadi bencana banjir sehingga kekurangan bahan pangan. Selama tujuh hari Sang Dewa tidak berhasil mendapatkan makanan dari sedekah.

Saat itu di hutan terdapat lima ratus ekor kelinci. Sang induk mengetahui kondisi Sang Pertapa yang kelaparan. Lantas berikrar mengorbankan dirinya menjadi makanan Sang Pertapa agar kesinambungan Buddha Dharma tetap terlestarikan. Sang Induk berpesan kepada anak-anaknya, “Saya akan mengorbankan diri demi Buddha Dharma, setelah terpisah, kalian masing-masing harus menjaga diri baik-baik.” Dewa Pelindung Gunung dan Pohon menyiapkan kobaran api, sang induk berpesan lagi, “Sekarang Bunda akan meninggalkan kalian agar Sang Pertapa dapat mempertahankan hidupnya dan melestarikan Buddha Dharma selamanya, serta membawakan berkah bagi lebih banyak umat manusia. Jaga diri kalian baik-baik!” Tetapi sang anak kelinci berkata, “Bunda, melindungi Sang Pertapa dan Buddha Dharma adalah kebajikan besar, saya juga mau melakukannya!” Pada saat itu, Dewa Pelindung Gunung dan Pohon mengatakan api telah disiapkan. Sang anak kelinci langsung meloncat ke dalam kobaran api mendahului induknya. Akhirnya sang induk juga meloncat ke dalam kobaran api. Setelah dagingnya matang, Dewa Pelindung Gunung memberitahu Sang Pertapa. Mengetahui hal tersebut, Sang Pertapa sangat berduka dan bersabda, “Daku rela membunuh diriku dan membelah bola mataku, serta menerima berbagai penderitaan yang maha besar, tetapi daku tidak tega memakan daging makhluk hidup!” Artinya Beliau lebih memilih melukai bola matanya sendiri, mengalami berbagai derita, bahkan mengorbankan nyawanya, daripada memakan daging makhluk hidup! Pada saat itu, Beliau berikrar, “Aku berikrar di kehidupan-kehidupan medatang selamanya tidak timbul niat membunuh, tidak memakan daging, kemudian mencapai Maitri Samadhi, hingga mencapai Kebuddhaan. Aku selamanya mengamalkan sila Tidak Memakan Daging.” Setelah mengucapkan ikrar agungnya, Sang Pertapa juga meloncat ke dalam kobaran api, mati bersama dengan kelinci induk dan anak tersebut.

Sang Buddha Gautama bersabda, “Induk kelinci tersebut adalah inkarnasi-Ku yang terdahulu, dan anak kelinci adalah putra-Ku Rahula. Pertapa Berkearifan Cemerlang adalah Bodhisatva Maitreya.”

Sutra ini mengemukakan bahwa sejak awal pembinaan Buddha Maitreya telah berpantang makan daging. Jika kita hendak meneladani Buddha Maitreya membina hati kasih, seyogyanya juga melestarikan hati kasih agung ini, dan juga berikrar selama-lamanya tidak timbul niat membunuh dan memakan daging.

Bodhisatva Maitreya di Masa Buddha Sakyamuni

Pada zaman Buddha Sakyamuni, Buddha Maitreya merupakan salah satu siswa dari Sang Buddha. Sang Bodhisatva tidak melakukan meditasi bhavana ataupun memutuskan kilesa dunia, namun Buddha Sakyamuni justru menegaskan Beliau pasti mencapai Kebuddhaan, bahkan mendapatkan inisiasi sebagai Calon Buddha, artinya setelah Buddha Sakyamuni, Beliaulah Maha Buddha pertama yang mencapai Kebuddhaan. Saat itu, Beliau juga disebut Buddha Akan Datang. Bodhisatva Maitreya adalah inkarnasi Buddha Maitreya yang sebelumnya.

Pada saat itu Bodhisatva Maitreya berikrar agung mengubah dunia yang penuh kekacauan menjadi dunia damai sentosa, dunia yang kotor menjadi bumi suci, dunia yang penuh dosa dan kejahatan menjadi Dunia Nirwana, dunia sahaloka menjadi Alam Sukacita Buddha Maitreya.

Pada saat Buddha Maitreya mencapai Kebuddhaan, dunia akan menjadi damai sentosa. Bumi Surgawi serta-merta terwujud di dunia. Banyak pembina sejati di masa lalu bernazar mengikuti jejak pembinaan Bodhisatva Maitreya dan hadir bersamaNya di Bumi Suci Maitreya kelak.

Bhiksu Berkantong Pada Masa Akhir Dinasti T'ang

Buddha Maitreya pernah terlahir sebagai Bhiksu Berkantong (?-917) di Kabupaten Feng Hua Perfektur Ming Propinsi Zhejiang China.

Bhiksu Berkantong senantiasa menampilkan senyum kasih, kedua daun telinga terkulai hingga ke bahu, memakai jubah tidak menutupi perut. Tangan membawa sebuah tongkat dan di pundak memikul sebuah kantong besar, berkelana untuk menyadarkan dan membimbing umat manusia.

Pada tahun kedua dan bulan ketiga Zhen Ming Dinasti Liang Akhir, Bhiksu Berkantong wafat di Vihara Yuelin. Menjelang kepergiannya, Beliau bersabda, “Maitreya oh Maitreya, Berjuta-juta Nirmanakaya, Senantiasa Membimbing Manusia, Hanya Manusia tidak menyadarinya.”

Pratima Buddha Maitreya yang dikenal saat ini sebagai Happy Buddha, Lucky Buddha atau Buddha Keberuntungan merupakan mode wujud dari Bhiksu Berkantong.

Maitreya Jin-Gong pada Akhir Dinasti Manchuria

Buddha Maitreya terlahir sebagai Maitryea Jin-Gong, atau Buddha Cin-Kung, Buddha Lugu Jin-Gong (1853-1925). Setelah perjuangan dan usaha yang panjang, Beliau merintis pengembangan Buddhisme Maitreya.

Buddha Cin-Kung mewariskan tampuk pengembangan Ketuhanan kepada Guru Nuraniah, Bapak dan Ibu Guru Suci, yang menyebarkannya hingga ke mancanegara. Ketiga Buddha inilah Buddha Nuraniah Pancaran Putih, Nahkoda yang membawa keluar dari samudera duka menuju daratan bumi yang penuh kebahagiaan dan harapan. Guru Nuraniah yang mengubah dunia yang kacau menjadi dunia damai sentosa! Guru Sejati yang memberi petunjuk jalan terang menuju Bumi Sukawati...

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar

Blogger Zeroalta

Pink Lotus Flower
Please klik some Ads...! close

Ads promo :