ALIRAN TANTRAYANA, MANTRAYANA
DAN VAJRAYANA
Responding Paper
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat pada
Mata Kuliah Agama Buddha
Dosen pembimbing:
Dra. Hj. Siti Nadroh, M. Ag
Oleh:
Ifa Nur Rofiqoh
(1111032100049)
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
A.
PENDAHULUAN
Secara
garis besar agama Budha terbagi kedalam tiga fase. Fase pertama adalah
Hinayana/Theravada dan fase kedua adalah Mahayana yang lahir karena merespon
kekakuan aliran sebelumnya. Kedua fase ini lahir 100 tahun sesudah Sidharta
Gautama meninggal dunia, yang pada waktu diadakan Pasamuan Agung ke II di
Vesali. Jadi, terpecahnya agama Budha kedalam dua aliran besar baru ada jauh
sesudah Budha Gautama Meninggal dunia.
Lain
halnya kedua aliran tersebut, aliran Tantrayana yang akan menjadi salah satu
pembahsan dalam paper ini, adalah merupakan fase ketiga dari perkembangan agama
Budha. Meskipun pada tahap-tahap selanjutnya tidak mungkin dipungkiri adanya
aliran-aliran yang terus muncul diantaranya Mantrayana dan Vajrayana.
Untuk
mengetahui lebih dalam tentang latar belakang, sejarah, praktek keagamaan dan
lain sebagainya, maka penulis ingin menyampaikan sedikit pemahamannya
berdasarkan beberapa sumber yang sudah didapat.
B.
ALIRAN TANTRAYANA
Fase
ketiga dari perkembangan agama Budha adalah Tantrayana yang merupakan fase
terpenting dari perkembangan agama Budha di India. Fase ini dimulai sekitar
tahun 500 M dan berakhir sampai tahun 1000 M. Yang paling menarik dari fase ini
adalah cosmical-soteriologikal (yang berhubungan dengan keselamatan). Sifat
dasar dominan dari tantrayana adalah kegaiban. Penekanan utama adalah
penyesuaian dan harmonis dengan kosmos dan pencapaian penerangan dengan mantra
atau metode ghoib.[1]
Agama
Buddha Tantrayana ini berada pada urutan terakhir, alasan utamanya karena Sutra
Agama Buddha Tantrayana muncul dalam jumlah besar pada periode akhir Agama
Buddha, saat itu, baru mendapatkan perhatian khusus.
Sesungguhnya,
dulu kala, Agama Buddha Tantrayana sudah ada orang yang menekuninya di empat
tanah suci, terutama daerah Uddiyana, banyak siddha yang menyembunyikan
identitas, sebentar hilang sebentar muncul, naik ke langit tanpa diketahui
orang. Inti ajarannya adalah:
Dilatih secara tersembunyi
dan rahasia.
Berhasil secara
tersembunyi dan rahasia.
Keluar masuk
secara tersembunyi dan rahasia.
Orang biasa
tidak tahu begitu saja.[2]
Agama
Buddha Tantrayana di dalam mitos, karena dilatih secara rahasia, mahasiddha,
terbebaskan secara tersembunyi dan rahasia, melebur dalam cahaya pelangi, orang
luar sulit sekali mengetahui tampang aslinya.
Aliran
Tantra Budhist disebut juga Esoterik [3]=
guhya-upadesa yang berarti secara rahasia, tersembunyi dan mistik. Bagi aliran
esoterik pencapaian ke-Budha-an hanya dalam sekejap, melakukan upacara atau
ritual merupakan peranan yang penting. Bagi kita tidak mudah untuk mengerti
ajaran Tantra Budhist dikarenakan begitu rumit dan kompleks dalam
perkembangannya. Oleh karena seorang guru yang ahli harus ada untuk membimbing
calon siswa tersebut. Dikatakan bahwa setelah mengerti ajaran eksoterik dengan
cukup barulah dapat mengerti ajaran esoterik secara baik.
Secara
umum Tantrayana dapat juga dikatakan bagian dari Mahayana, karena ada beberapa
inti filsafat Mahayana yang diterangkan secara esoterik dan penuh simbolis,
seperti: Sunyata, Bodhicitta, Tathata, Vijnana.
Sebagai
suatu ajaran mistik atau ghoib, kemunculan tantra tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan agama Budha Mahayan. Munculnya tantra sebagai suatu sistem
metafisika Budhist bersamaan waktunya dengan perkembangan berbagai sistem
filsafat agama Budha Mahayana, Terutama dengan sistem Madyamaka dan Yogacara,
dan interaksi antar mereka.[4]
C.
ALIRAN MANTRAYANA
Mantrayana
dimulai pada abad ke-4 dan mendapat mometumnya setelah abad ke-5. Apa yang
telah dilakukannya telah memperkaya Budhism dengan perlengkapan tradisi Ghoib,
mempergunakannya untuk tujuan kemudahan pencarian bagi pencerahan/penerangan.
Didalam cara ini banyak mantra, mudra, mandala dan dewa ketuhanan, secara tidak
sistematis diperkenalkan kedalam Budhism. Ini adalah setelah tahun 750, diikuti
oleh suatu sistematis yang dinamakan Vajrayana, yang menyerasikan semua ajaran
sebelumnya dengan satu kelompok mengenai panca-tatagatha (Panca Dyani Budha).[5]
Istilah Mantrayana kelihatannya
telah menerima aslinya pada keperluan khusus bahwa cabang Mahayana yang
menganjurkan pembacaan ulang mengenai mantra sebagai usaha prinsip mengenai
paramita. Menurut Shashi Bhusan Dasgupta: ‘Mantrayana adalah sekte
dari Mahayana’, kelihatannya adalah tingkat perkenalan mengenai
Buddhisme Tantra dari semua cabang mengenai Vajrayana, Kalacakrayana,
Sahajayana, dan seterusnya yang timbul dikemudian hari.
Meskipun demikian,
sebagai keadaan hal yang sebenarnya dengan cabang-cabang Tantra Chinese dan
Jepang, istilah Mantrayana berlanjut di dalam penggunaan sebagai suatu petunjuk
kolektif tidak hanya untuk memperkenalkan tapi juga untuk tingkat lebih lanjut
dari gerakan Tantra, dan seperti itu dari satu waktu dipakai sampai dengan sekarang.
Mahayana terdiri
dari dua kendaraan, Paramitayana dan Mantrayana. Paramitayana adalah
"Penyebab kendaraan" di mana tidak ada meditasi pada diri sendiri
sehubungan dengan empat kemurnian lengkap tempat tinggal, properti tubuh, dan
kegiatan, wakil dari istana Buddha, kekayaan tubuh, dan perbuatan. Mantrayana
adalah "Pengaruh kendaraan," di mana ada meditasi pada diri sendiri
sebagai representasi fisik dari empat kemurnian lengkap. Dalam Mantrayana,
karenanya, seseorang bermeditasi pada diri sendiri sebagai sebuah rumah besar
ilahi, rombongan ilahi, alat ritual ilahi, dan perbuatan ilahi memurnikan
kosmos dan penduduknya dengan cara yang sama sebagai seorang Buddha.
D.
ALIRAN VAJRAYANA
Vajrayana
adalah suatu ajaran Buddha yang di Indonesia lebih sering dikenal dengan nama
Tantra atau Tantrayana. Namun banyak juga istilah lain yang digunakan, seperti
misalnya: mantrayana, ajaran mantra rahasia, ajaran Buddha eksoterik. Vajrayana
adalah merupakan ajaran yang berkembang dari ajaran Buddha Mahayana, dan berbeda
dalam hal praktek, bukan dalam hal filosofi.[6]
Dalam ajaran
Vajrayana, latihan meditasi sering dibarengi dengan visualisasi. Istilah
"Vajrayana" berasal dari kata vajra yang dalam
bahasa sanskerta bermakna 'halilintar' atau 'intan'. Vajra melambangkan intan
sebagai unsur terkeras di bumi, maka istilah Vajrayana dapat bermakna "Kendaraan
yang tak dapat rusak".
Berasal dari kosa
kata Sansekerta "Vajra" yang berarti berlian dalam aspek
kekuatannya,atau halilintar dalam aspek kedahsyatan dan kecepatannya.
Serta dari kata "yana" yang berarti wahana/kereta. Vajrayana merupakan Jalan Intan. Kata "Tantra" sendiri berarti "Tenun" dalam bhasa Sansekerta,merujuk kepada prakteknya yang bertahap namun pasti.
Serta dari kata "yana" yang berarti wahana/kereta. Vajrayana merupakan Jalan Intan. Kata "Tantra" sendiri berarti "Tenun" dalam bhasa Sansekerta,merujuk kepada prakteknya yang bertahap namun pasti.
Adapun tujuan akhir
daripada Vajrayana ialah : Mencapai kesempurnaan dalam pencerahan dengan tubuh
fisik kita saat ini, di kehidupan ini juga, tanpa harus menunggu hingga kalpa2
yang tak terhitung.
E.
KESIMPULAN
Pada
dasarnya semua aliran yang ada dalam agama Budha adalah mempunyai kesamaan
dalam hal mengakui Budha sebagai Guru, Triratna, dan hukum kasunyataan. Namun
yang membedakan adalah dalam hal praktek keagamaan, dimana ketiga aliran
tersebut (Tantrayana, Mantrayana, Vajrayana) merupakan aliran Esoterik dalam
Budhism atau disebut dengan jalan halus dalam mencapai penerangan. Pada
puja-bakti digabungkan pada yogacara/meditasi mistik.
F.
REFERENSI
o
Grandmaster
Sheng-yen Lu “Asal Muasal Agama Buddha Tantrayana” diakses pada 10 Mei
2013 dari http://indonesia.tbsn.org/modules/news2/article.php?storyid=725
o Indonesian Buddhist Society’s Blog “3 Aliran Ajaran Budha-3 Branches of Budhism”
diakses pada 10 Mei 2013 dari http://indonesianbuddhistsociety.wordpress.com/2010/01/26/3-aliran-ajaran-buddha-3-branches-of-buddhism/
o
Suwarto
T. Buddha Dharma Mahayana. (Jakarta: Majelis Agama Budha Mahayana
Idonesia, 1995), h. 119
[1] Suwarto
T. Buddha Dharma Mahayana. (Jakarta: Majelis Agama Budha Mahayana
Idonesia, 1995), h. 119
[2] Grandmaster Sheng-yen Lu “Asal Muasal Agama
Buddha Tantrayana” diakses pada 10 Mei 2013 dari
http://indonesia.tbsn.org/modules/news2/article.php?storyid=725
[3]
Aliran Budhist lainnya disebut Eksoterik = vyakta-upadesa yang berarti sesuatu
yang terbuka atau terlihat. Bagi aliran eksoterik pelajarannya didasarkan pada
tripitaka dan untuk mencapai ke-Budha-an adalah secara berangsur-angsur dan
bertingkat. Lihat Suwarto T. Buddha Dharma Mahayana.h. 120
[4]
Suwarto
T. Buddha Dharma Mahayana.h. 120
[5]
Suwarto
T. Buddha Dharma Mahayana.h. 124
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar