Sunday, 25 May 2014

PENTINGNYA KEPENYULUHAN BHIKKHU DI VIHARA DAERAH DESA DAN PEGUNUNGAN



By: Aditya Dhamma Jaya
STAB Negeri Sriwijaya Tangerang Banten
Daerah perbatasan dan pegunungan yang jauh dari keramaian, sering kali dijadikan tempat guna mencari perlindungan pada zaman pemerintahan orde lama dan juga pemberantasan penduduk / masyarakat yang terindikasi mengikuti jaringan Komunis atau biasa disebut dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Karena hal tersebutlah agama Buddha berkembang di daerah – daerah pelosok dan pedalaman pegunungan di Indonesia. Secara geografis daerah –daerah itu merupakan daerah yang terkadang sangat sulit di jangkau oleh transportasi. Dari sinilah pengamatan tentang Agama Buddha yang berada di daerah dan pegunungan.

Kehidupan Umat Buddha di daerah
Mayoritas semua umat Buddha yang berada di daerah tersebut mengalami penurunan tingkat semangat terhadap Agama Buddha itu sendiri, tetapi mereka tetap memiliki status dalam sosial bermasyarakat sebagai umat yang memeluk Agama Buddha. Cara pandang dan cara berpikir mereka lebih mempercayai tentang kekuatan – kekuatan metafisik dibanding ilmu yang lebih rasional. Kebenaran yang terjadi saat ini adalah mereka sebenarnya memiliki tingkat semangat yang tinggi akan tetapi kurang adanya seseorang yang membimbing mereka untuk dijadikan sebagai panutan atau contoh serta ladang untuk berbuat kebajikan. Oleh karena itu banyak umat Buddha di daerah antusias jika ada seseorang yang melakukan kepenyuluhan ataupun Bhikkhu yang tinggal di kuti vihara ataupun sekedar memberikan ceramah Dhamma kepada umat yang berada di daerah tersebut. Dalam kehidupan di daerah pinggiran tersebut sangat jarang sekali terjamah oleh datangnya seorang pemimpin spiritual untuk melakukan kepenyuluhan, tidak seperti di kota besar yang setiap saat dapat mengunjungi vihara terdekat untuk menemui para Bhikkhu. Kesenjangan inilah yang membuat para masyarakat umat Buddha di daerah kurang mengetahui apa saja yang dikerjakan oleh bhikkhu setiap harinya selama memakai jubah. Mereka kurang mengetahui ajaran – ajaran vinaya yang dilaksakan oleh para bhikkhu.


Semangat Terhadap Buddha Dhamma di Daerah
Seperti yang telah saya amati selama ini, saya mengambil contoh masyarakat yang berada di daerah Ponggok, Kabupaten Blitar. Umat Buddha daerah sendiri memiliki permasalahan terhadap umat yang datang untuk melakukan kebaktian ataupun Puja Bhakti di vihara secara kuota semakin menurun dari tahun ke tahun. Apalagi jika adanya sebuah masalah yang membuat umat Buddha di daerah saling bersi tegang dengan umat Buddha lainnya. Sesungguhnya umat Buddha di daerah akan mendapatkan asupan Dhamma yang cukup jika di setiap daerah terpencil ada minimal seorang bhikkhu yang membimbing di daerah – daerah yang membutuhkan bimbingan secara spiritual. Masalah yang muncul adalah jumlah bhikkhu di Indonesia sendiri juga menjadi kendala serius untuk menempatkan setiap bhikkhu di daerah – daerah.
Kurangnya Pengetahuan Vinaya oleh Umat Awam
Pengetahuan yang diberikan dapat dikatakan hanya sekedar untuk kehidupan umum sehari – hari dari setiap umat awam yang ada. Maka mereka kurang mengetahui Vinaya dan aturan apa saja yang menunjang keberlangsungan Agama Buddha di era modern ini. Terkadang saya juga melihat adanya bhikkhu yang kurang melaksanakan vinayanya sesuai dengan apa yang telah terdapat pada Tipitaka. Mungkin itu hanya sebuah perasaan saya yang terlalu melihat keadaan dan selalu mengkritik seseorang. Setelah saya piker mungkin juga bhikkhu tersebut tidak melaksanakan aturan vinaya itu karena ada sesuatu hal yang lebih penting yang membuat beliau harus melanggar salah satu vinaya tersebut. Saya mencoba tetap berpikiran positif dan selalu menyadari bahwa setiap keadaan pasti tidak bias kita tebak secara semata – mata sebelum kita melihat yang sebenarnya terjadi.
Semestinya umat awam juga berhak atau berkewajiban untuk mempelajari isi dari kitab sucinya yaitu salah satunya Vinaya Pitaka. Pentingnya umat awam untuk mempelajari vinaya karena vinaya tidak hanya mengajarkan tentang peraturan – peraturan yang dilakukan oleh para bhikkhu, tetapi itu hanyalah bagian dari kitab vinaya tersebut. Terkadang umat awam mengira “Buat apa sih mempelajari Vinaya, toh nanti kita juga tidak akan menjadi bhikkhu”. Dari suatu pernyataan inilah kita harus luruskan tentang apakah vinaya itu sebenarnya dan apa sajakah manfaat kita mempelajari vinaya tersebut. Karena diluar sana (di kalangan umum) belum mengetahui mengapa kita mempelajari. Contohnya saya pernah menemukan seorang umat awam yang bisa dikatakan sudah berumur, beliau berdana minuman jus buah pada bhikkhu pada saat sore hari. Contoh kecil ini bisa dijadikan pedoman bahwa masyarakat umat Buddha pada umumnya belum mengetahui Vinaya pitaka bagi kehidupan sehari – hari baik terhadap sesame umat awam ataupun terhadap bhikkhu, pabbhajita, dan atthasilani.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar

Blogger Zeroalta

Pink Lotus Flower
Please klik some Ads...! close

Ads promo :