Saturday 23 August 2014

Agama Buddha yang secara historis dan filosofis



A.   Latar Belakang
Sejarah perkembangan agama Buddha di dunia ini merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Karena minat setiap manusia kurang mengenai sejarah dalam keingin-tahuan tentang perkembangan agama Buddha di dunia. Agama Buddha yang secara historis dan filosofis telah menjadi bagian dari peradaban dunia yang nilai-nilai filsafati, budaya, politis dan yang berkaitan dengan perkembangan dunia secara lokal maupun global telah mendarah daging menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perubahan dan perkembangan suatu bangsa, khususnya di Asia.


Sejarah perkembangan agama Buddha dianggap dimulai di daerah hulu Sungai Indus sekitar 33.000 tahun yang lalu, tepatnya di Mahenjo Daro dan Harappa. Pada mulanya penduduknya tidak seperti sekarang tetapi memiliki perawakan yang kecil, berkulit hitam, dan berambut keriting yang lebih dikenal sebagai bangsa Dravida. Setelah masuknya bangsa Arya yang membawa serta kebudayaannya, membuat peradaban bangsa Dravida terdesak ke India bagian selatan. Kedatangan bangsa Arya inilah yang menimbulkan adanya system kasta di dalam struktur masyarakat India. Sedangkan perkembangan agama Buddha Malaysia pada pertengahan abad ke-3 SM, yaitu dibawa oleh dua orang Bhikhsu yaitu Ven Sona dan Ven Uttara atas perintah Maharaja Asoka guna menyebarkan agama Buddha. Pada abad ke-5 masehi, agama Buddha sudah berkembang dengan baik di Semenanjung Melayu. Menurut ahli arkeologi, agama Buddha bukan saja berkembang di Kedah tetapi juga di Kuala Selinsing, Tanjung Rambutan, Lembah Kinta, Bidor dan Sungai Siput di Perak, di Perlis juga di Pahang.
Sedangkan perkembangan agama Buddha Birma menempati posisi yang baik. Negeri terkenal dengan perhatian terhadap Ti Pitaka, khususnya Abhidhamma. Kota Mandalay merupakan pusat pendidikan dan keagamaan Buddha di Burma.
Dalam perkembangan agama buddha banyak negara-negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Buddha. Perkembangan agama Buddha di Indonesia sekarang ini sudah menyebar dari sabang sampai merauke.

B.   Tujuan
Pembuatan makalah yang bertema “Sejarah Perkembangan Agama buddha Dunia
1.   Masyarakat dapat memahami sejarah Agama Buddha Di Dunia
2.   Agar mahasiswa dapat mengenal sejarah perkembangan Agama Buddha di dunia
3.   Menambah wawasan para pembaca.
C.   Rumusan Masalah
1.   Sejarah Peradaban India
2.   Agama Buddha di Srilanka (Ceylon).
3.   Agama Buddha di Cina
4.   Sejarah Agama Buddha Di Malaysia
5.   Sejarah Agama Buddha Di Burma
6.   Perkembangan Agama Buddha Di Tibet
7.   Perkembangan Agama Buddha Di Nepal
8.   Perkembangan Agama Buddha Di Afganistan
9.   Agama Buddha di Jepang
10.   Agama Buddha di Thailand.
11.   Agama Buddha di Kamboja
12.   Agama Buddha di Vietnam
13.   Agama Buddha di Indonesia
14.   Tempat-Tempat Bersejarah Agama Buddha



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:29:42 PM


PEMBAHASAN

A.   Sejarah Peradaban India
Sejarah peradaban India dianggap dimulai di daerah hulu Sungai Indus sekitar 33.000 tahun yang lalu, tepatnya di Mahenjo Daro dan Harappa. Pada mulanya penduduk tidak seperti sekarang tetapi memiliki perawakan yang kecil, berkulit hitam, dan berambut keriting yang lebih dikenal sebagai bangsa Dravida. Setelah masuknya bangsa Arya yang membawa serta kebudayaannya membuat peradaban bangsa Dravida terdesak ke bagian selatan. Dalam hal ini bangsa Arya menjadi bertambah pesat.
1)   buddhisme awal.
Sejarah perkembangan agama Buddha tidak lepas dari bantuan raja-raja yang mendukung agama Buddha, di antaranya adalah
a.   Ajatasatu
Raja dari kerajaan Magadha yang memberi sokongan dana pada saat diadakannya sangha samaya pertama di goa Satapani, Rajagaha. Dalam sangha samaya ini untuk pertama kalinya ajaran Buddha diulang dan dikumpulkan setelah parinibbananya Buddha Gotama.
b.   Ashoka wardhana
Asoka pada awalnya beragama Hindu dan memiliki perangai yang menakutkan dan kejam. Jika ada kerajaan lain yang tidak mau tunduk kepada Asoka maka kerajaan tersebut akan diserang dan dijadikan daerah jajahan. Namun setelah mengenal ajaran Buddha asoka mulai berubah perangainya. Asoka ikut menyebarkan agama Buddha ke luar India dengan mengirimkan banyak dharmaduta-dharmaduta ke tempat yang berlainan serta mendirikan banyak prasasti yang berisi tentang ajaran-ajaran agama Buddha. Asoka juga mengirimkan putra-putrinya yaitu bhikkhu Mahinda dan bhikkhuni Sanghamitta ke Ceylon untuk menyebarkan agama Buddha di sana. Sanghayana ke-3 diadakan di pataliputta waktu pemerintahan asoka, dikarenakan adanya perselisihan diantara sekte terhadap pemahaman akan kitab suci tipitaka.

B.   Agama Buddha di Srilanka (Ceylon).
Agama Buddha masuk ke Srilanka dibawa oleh bhikkhu Mahinda dan mengajarkan Dhamma kepada raja Devanampiyatissa. Setelah raja menganut ajaran Buddha, banyak rakyat Srilanka yang mengikutinya. Ada dua peristiwa penting yang terjadi di Ceylon (Srilanka) yang berkaitan dengan agama Buddha, yakni penanaman cangkokkan dari pohon Bodhi yang diambil dari Bodh Gaya, dan dipindahkannya relik gigi Sang Buddha dari India ke Ceylon. Dalam kitab Mahavamsa menyebutkan bahwa suatu stupa agung dibangun pada masa pemerintahan raja Dutthagamani (101-77 s.M). Pada masa pemerintahan raja Vattagamani (29-17 s.M) pernah terjadi sangha samaya ke-IV di Aluvihara, di mana waktu itu berkumpul 500 bhikkhu arahat yang hasilnya menuliskan kitab suci tipitaka di atas daun lontar untuk pertama kali. Dari Ceylonlah agama Buddha aliran Theravada mulai menyebar ke Asia Tenggara. Dalam sejarah agama Buddha di Ceylon, aliran Theravada sampai tiga kali harus diperbaharui dikarenakan adanya desakan dari agama Hindu dan aliran Mantrayana, yaitu pada abad ke-11; abad ke-15;dan pada abad ke-18. Aliran-aliran agama Buddha di Ceylon dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.   Siam Nikaya berdiri abad 18, merupakan kelompok konsevatif yang kebanyakan anggotanya berasal dari kalangan bangsawan.
2.   Amarapura berdiri abad 19, anggotanya berasal dari berbagai kalangan masyarakat.
3.   Ramanna, yang merupakan pecahan dari kelompok Siam Nikaya. 



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:30:08 PM


C.   Agama Buddha di Cina
Sebelum agama Buddha masuk di Cina, masyarakat Cina sudah memiliki kepercayaan sendiri, yakni Kong Hu Chu yang diajarkan oleh Confusius, dan Tao yang diajarkan oleh Lao Tzu. Confusius mengajarkan tentang “jen” sebagai azas kesatuan, sedangkan Lao Tzu mengajarkan tentang “Tao Te Ching”. Agama Buddha mulai berkembang di Cina sekitar abd ke-2 s.M melalui Asia Tengah serta mulai berpengaruh pada masa pemerintahan kaisar Ming (58-75 M).
Aliran-aliran agama Buddha yang berkembang di Cina secara garis besar ada dua paham, yaitu : 1. aliran paham atta, 2. aliran paham anatta.
1.   aliran Theravada
Aliran Theravada pada mulanya terbagi atas tiga aliran, antara lain : Cheng-shih (Sautrantika), Chu-she (Vaibhashika), Lu. Ketiga aliran ini tidak berumur lama karena kalah dari aliran-aliran baru dari mazhab Mahayana.
2.   aliran Mahayana
ada beberapa aliran dalam mazhab Mahayana, antara lain : San-lun, We-shih, Tien-tai, Hua-yen, Chan, Ching-tu,Chen-yen. Diantara ketujuh aliran tersebut hanya empat yang paling berpengaruh, yaitu : Tien-tai, Hua-yen, Chan, Ching-tu.
Tokoh-tokoh agama Buddha di Cina.
1.   Kumarajiva (Ci-mo-lo-shi)
Kumarajiva berasal dari kashmir. Tinggal di Cina mulai awal abad ke-5 M dan memimpin lembaga yang bertugas menterjemah kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Cina. Terjemahannya meliputi 300 jilid buku. Kumarajiva meninggal pada tahun 413 M.
2.   Paramartha (Po-lo-mo-tho)
Paramatha berasal dari Ujjain dan dikirim ke Cina oleh raja Magadha, tahun 548 M tiba di Nanking. Paramatha meniggal dalam usia 71 tahun pada tahun 568 M. Meninggalkan karya terjemahan sebanyak 70 judul kitab agama Buddha.

D.   Sejarah Agama Buddha Di Malaysia
1.   Peringkat Awal
Agama Buddha masuk ke Malaysia pada pertengahan abad ke-3 SM, yaitu dibawa oleh dua orang Bhiksu yaitu Ven Sona dan Ven Uttara atas perintah Maharaja Asoka guna menyebarkan agama Buddha. Pada abad ke-5 masehi, agama budha sudah berkembang dengan baik di semenanjung melayu. Menurut ahli arkeologi, agama Buddha bukan saja berkembang di Kedah tetapi juga di kuala selinsing, tanjung rambutan, lembah kinta, bidordan sungbai siput di perak, di perils juga di pahang.
Pada abad ke-7 masehi, Buddhisme Mahayana lebih diterima oleh rakyat semenanjung tanah melayu yang saat itu daerah kekuasaan Sriwijaya. Sebuah kerajaan agama Buddha yang berpusat di pulau Sumatra.
Pada abad ke-10 agama Buddha kehilangan sokongan yang diberi oleh istana serta golongan bangsawan, akibatnya agama hindu yang telah mengalami kebangkitan. Pada awal ke-15 agama Islam telah berjaya, yang asal mulanya pada awal abad ke-10, Parameswara mendirikan kerajaan Malaka yang menganut agama Islam dan telam menjadi agama utama di kerajaan ini, sehingga pada abad ini Islam berjaya dan mengambil alih kedudukan agama Buddha, sehingga agama Buddha di tanah melayu pada masa itu telah mengalami kemerosotan.
2.   Peringkat Komtemporer
Pada abad ke-17 agama Buddha mulai muncul, tapi hanya merupakan upacara awalan yang penuh dengan kepercayaan dan kebudayaan cina. Lalu abad ke-19 yaitu pada tahun 1950, barulah terdapat penganut Buddha yang mencoba meningkatkan status dan kedudukan agama Buddha. Wujud dari suasana yang baru yang menyatupadukan para Buddhis adalah adanya organisasi-organisasi buddhis, diantaranya yaitu YBAM (Yaung Buddhis Association) dan MBA ( Malaysian Buddhist Assosiation).



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:30:30 PM


E.   Sejarah Agama Buddha Di Burma
Agama Buddha di Burma menempati posisi yang baik. Di Burma terkenal dengan perhatian terhadap Tipitaka, khususnya Abhidhamma. Kota Mandalay merupakan pusat pendidikan dan keagamaan Buddha di Burma. Vihara-vihara di Burma banyak menyimpan manukrip-manukrip langka. Di Negri ini Abhiddhamma dipelajari oleh hampir semua pemeluk agama pemeluk agama Buddha. Seorang tokoh Abhidhamma pada awal abad ke-20 bernama Ledi Sayadaw. Beliau menuulis “ Yamaka” dan Phisolophy of Relation” yang diterbitkan oleh pali teks society pada tahun 1914-1916. Pada waktu itu ada dua tokoh lainnya adalah Abi-Dhaja maha ratta – guru Nyaungyan sayadaw ( 1874-1955), ia seorang bikkhu yang telah mencapai tingkat maha tera dan terpilih sebagai mahayaka, yang menulis kitab tidak kurang dari 150 manual agama Buddha, beberapa diantaranya; maha samaya sutta, “Brahmanajala sutta” serta sutta-sutta yang lainya. Ada juga tokoh lain misalnya Bhikkhu Mingun Sayadaw (1868-1955) dari Taton yang menulis “Milindhapanha” (1949).
Setelah Birma lepas dari Inggris dan memperoleh kemerdekaan, pemerintah berusaha untuk membangun kembali Agama Buddha dan melaksanakan studi Budddha Dhammma dan mendirikan suatu lembaga yai tu “ Buddha Sasana Causil”. Selain itu pemerintah Burma juga ingin mendapatkan naskah Tripitaka asli dan bekerjasama dengan para Bhikkhu/ kaum terpelajar Agama Budddha dari India, Pakistan, ceylon, Tailand, kamboja dan Laos.
Dalam tradisi yang tercatat di Ceylon, dua orang bhikkhu bernama Sona dan Uttara, adalah dhammaduta yang dikirim raja Asoka untuk menyebarkan Dhamma di Swamabhumi. Buktin lain yang mendukung berita tersebut hingga sekarang belum ada, sehingga sebagian ahli menafsirkan Suvarnabhumi sebagai Burma (sekarang Myanmar), meskipun sebagian lain berpendapat negeri Siam atau Indocina.
Para sarjana juga mempunyai dugaan bahwa agama Bud¬dha Theravada berkembang berdampingan dengan agama Hindu Mons (Talamgs) di Pegu (Hamsavati) dan Thaton (Sudhanmavati) serta negeri-negeri yang disebut Ramana-desa. Menjelang abad ke-11 Thaton menjadi tempat penting dari agama Hindu sementara bangsa Mrammas (turunan Tibet-Drawida) mendirikan kerajaan kuat di Pagan. Bangsa Mrammas bersifat kasar, tidak mengenal kesusasteraan serta mengembangkan agama Buddha tantrayana.
Pada tahun 1044 Anawratha (Aniruddha) menggantikan tahta di Pagan dan beralih menganut agama Buddha Theravada melalui bhikkhu Dharma-darsi (Arhan). Raja dengan bantuan bhikkhu Arhan serta beberapa bhikkhu dari Thaton memaksakan agama Buddha Theravada untuk semua penduduk negeri. Dalam rangka itu diperlukan banyak kitab-kitab agama Buddha dan raja Aniruddha meminta bantuan Manuha (raja Thaton) untuk memperoleh naskah lengkap kitab suci Tipitaka. Permintaan itu ditolak oleh Manuha yang menyebabkan Aniruddha mengirimkan pasukan serta dapat mengalahkan dan menawan Manuha. Semua bhikkhu dan kitab-kitab agama Buddha serta relik yang ada di Thaton diangkut ke Pagan dengan 32 ekor gajah.
Aniruddha dan para penggantinya merupakan tokoh-tokoh yang menanamkan agama Buddha Theravada di Pagan dan melalui kekuatan politik yang dimilikinya menyebar ke seluruh wilayah Burma. Agama Brahma yang pernah ada di sini lama-kelamaan menjadi pudar.
Aniruddha membangun banyak pagoda dan vihara.hal yang sama juga dilakukan oleh para penggantinya. Aniruddha juga membawa lengkap kitab Tripitaka ke Burma dari Ceylon dan bhikkhu Arhan kemudian menyatukannya dengan naskah-naskah yang ada di Thaton. Kyatnzittha (putera Aniruddha) meneruskan jejak ayahnya dengan vihara Ananda di Pagan.
Kejadian penting lainnya dalam agama Buddha di Burma adalah diselenggarakannya pasamuan Sangha (Sanghayana) yang dinyatakan oleh Burma sebagai pasamuan sangha ke-4 sesudah tiga Sanghayana di India da;: Sanghayana di Ceylon. Pasamuan tersebut diadakan di kota Mandalay pada tahun 1871 pada masa pemerintahan raja Min-don-min serta dihadiri oleh 2.400 orang bhikkhu dan guru. Sidang dipimpin secara bergantian oleh bhikkhu Jagavibhivamsa, Naeindda-bhidhaya dan Sumangala. Pada pasamuan ini isi kitab Tipitaka Pali dibaca secara dituliskan dan 729 lembar batu pualam.



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:31:33 PM


F.   Perkembangan Agama Buddha Di Tibet
Sejarah perkembangan agama Buddha di tibet dimulai sejak abad ke 9 M. Adalah seorang bhikkhu yang berdarah biru atau Bhikkhu dari keturunan bangsawan. Bhikkhu Jananaprabha namanya, beliau merupakan putera pertama dari penguasa negeri Tibet kala itu, nama awam beliau sebelum menjadi Bhikkhu adalah Cakrasena. Bhikkhu Jananaprabha adalah orang terpelajar, beliau banyak belajar dan banyak membaca kitab-kitab dan beliau juga merupakan seorang rasionalis sejati, selain itu beliau juga mewarisi sifat ayahnya yang taat pada agama Buddha.
Agama Buddha mulai berkembang di Tibet ketika paham tantra telah menyebar dan berpengaruh luas pada agama-agama di India. Sebenarnya Bhikkhu Jananaprabha bukanlah praktisi atau loyalitas pada paham tantra yang secara mayoritas di anut rakyat Tibet kala itu, sehingga dengan demikian beliau mendapat tentangan keras dari rakyat Tibet. Ketidak kesepahamannya terhadap paham Tantra dituangkannya dalam sebuah buku yang ditulisnya. Karena sifatnya yang rasional, beliau pun memahami benar bahwa beliau tidak akan mampu mencegah menyebar luasnya paham Tantra ditanah airnya. Beliau pun bertindak bijak dengan memilih putra-putra terbaik yang memiliki inteligensi tinggi untuk dididik selama 10 tahun dan kemudian mereka dikirimkan ke Kasmir (India) untuk melanjutkan pendidikan. Namun usaha beliau tidak berhasil karena mereka yang dikirimkan itu hanya tinggal dua orang yang mampu bertahan hidup, kedua orang tersebut adalah Ratnabadhra ( Rin Cen Zhang Po ) dan Suprajna ( Legs Pahi Shes Rab ). Selebihnya meninggal karena tidak mampu beradaptasi dengan kondisi iklim di Kota Kasmir. Bahkan pada duta yang kirimkan pada periode kedua berikutnya pun gagal. Dari kedua muridnya yang masih dapat diandalkan, hanya satu yang paling menonjol beliau adalah Ratnabadhra, beliau yang pada waktu berikutnya dikenal sebagai penterjemah besar di negeri Tibet. 



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:31:59 PM


Perjuangan Mendatangkan Misionaris
Menyadari Ambisi besar Jananaprabha untuk memajukan pendidikan dan keyakinan rakyat Tibet dipandangnya terlalu berat kalau hanya dibebankan pada seorang diri Ratnabadhra. Menyadari kegalauannya itu, Bhikkhu Jananaprabha yang terpelajar dan karismatik dimata rakyat Tibet, hal ini dapat diketahui bahwa oleh rakyat Tibet menyebut beliau sebagai Devaguru Jananaprabha. Selanjutnya beliau merubah sistem dengan upaya mendatangkan guru (misionaris) cerdik pandai langsung dari India. Ketika beliau mendengar ada seorang bhikkhu yang terkemuka di india, beliau yang kemudian dikenal sebagai Athisa yang memiliki nama asli Dipankara Srijnana yang tinggal di Vikramamasila Vihara. Namun usaha bhikkhu Jananaprabha dengan mengutus dutanya gagal mengundang Athisa datang ke Tibet. Semangat dan loyalitas Bhikkhu Jananaprabha yang besar untuk negerinya tidak membauatnya putus asa atas kegagalan usaha pertamanya itu. Kemudian beliau meakukan upaya untuk misi yang kedua, namun kala itu mendapat kendala karena tiadanya pembiayaan untuk misi mulia itu.
Diceritakan bahwa beliau melakukan usaha dengan menggalang dana berupa emas ke propinsi Gartog. Kisah selanjutnya menceritakan bahwa Bhikkhu Jananaprabha malah di tangkap dan disandera oleh penguasa propinsi Gartog, dan penguasa tersebut meminta tebusan untuk pembebasan Bhikkhu Jananprabha. Berita disanderanya Bhikkhu Jananaprabha sampai ditelinga anaknya yang bernama Bodhiprabha (perlu diketahui bahwa sebelum menjadi Bhikkhu, beliau telah berumah tangga). Boddhiprabha berusaha untuk memenuhi permintaan penguasa propinsi Gartog dengan mengumpulkan emas untuk membawa ayahnya kembali ke Tibet. Mendengar perihal usaha mulia anaknya tersebut Bhikkhu Jananaprabha menasehati, bahwa alangkah lebih bermanfaat dan berfaedah besar apabila emas yang telah dikumpulkan untuk menebus dirinya digunakan untuk biaya mendatangkan guru besar Athisa ke Tibet. Pertimbangan bhikkhu Jananaprabha adalah belum tentu penguasa Gartog akan membebaskanya setelah emas sebagai tebusan diterima penguasa Gartog, dan terpikir olehnya bahwa dengan penderitaan yang dialami disandera dan dipenjarakan karena usahanya menggalang dana untuk mendatangkan Athisa ke Tibet mengalami penderitaan yang amat berat, demikian berharap agar Guru besar Athisa akan berbelas kasih dan bersedia datang ke Tibet.
Sebagai restu keteguhan hatinya itu, Bhikkhu Jananaprabha merestui dan melepas anaknya itu untuk melanjutkan cita-citanya seraya memberkahi dengan meletakkan tangannya sedemikian rupa pada anaknya, seolah mereka tak akan pernah bertemu lagi kelak. Dan memang tidak lama kemudian rakyat Tibet mendengar khabar tentang Bhikkhu Jananprabha meninggal dengan menggenaskan oleh siksaan penguasa Gartog. 



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:32:05 PM


Rasa bhaktinya yang besar pada ayahnya dan semangat pantang menyerah oleh Bodhiprabha, akhirnya beliau mengutus seorang umat upasaka yang bernama Gun Than Pa yang pernah tinggal di India barat selama 2 tahun untuk menyertai perjalanan rombongan pemimpin oleh bhikkhu Jayasila ( Chul Kharims Gyal Va ) dari Nag Chomo beserta beberapa orang menuju Vikramasila Mahavihara. Tercatat dalam buku biografinya Y.M. Athisa ( Dipankara Srijnana) bahwa pernah ada rombongan berjumlah 10 orang Tibet datang ke India melalui Nepal. Ketika rombongan 10 orang dari Tibet tersebut tiba di tepi sungai Gangga di India, mereka tidak akan langsung dapat menyeberang ke seberang sungai menuju Vikramasila, rombongan tersebut berdialog dengan pemilik perahu. Karena perahu telah penuh penumpang sehingga tukang perahu tidak berani berspekulasi untuk mengikut sertakan kesepuluh orang tersebut beserta barang bawaannya. Dan dia berjanji akan menjemputnya kembali. Rombongan tersebut mengutarakan maksudnya bahwa dia akan menyembuyikan emas dalam pasir yang mereka bawa lalu tidur bila saja tukang perahu membohongi akan datang kembali menjemput mereka. Karena alasan takut melawan hukum dengan tidak menyeberangkan penumpang dan meninggalkannya ditepi sungai, akhirnya mereka diikut sertakan dalam penyeberangan. Singkat cerita setelah sampai diseberang sungai pintu gerbang kota telah ditutup. Oleh tukang perahu menyarankan kesepuluh orang ersebut menginap disuatu penginapan dekat gerbang barat. Secara tak sengaja seorang bhikkhu yang bernama Vikramsingh mendengar percakapan tukang perahu dengan salah seorang rombongan dari Tibet. Bhikkhu Vikramsingh rupanya mengenal dari salah satu suara orang Tibet itu (Pastilah dia Jayasila atau Chul Kharims Gyal Va). Waktu selanjutnya setelah tiba pada tujuannya dan bertemu pada Bhikkhu Vikramsingh dan mengutarakan maksud kedatangannya ke Vikramasila. Bhikkhu menyarankan agar utusan kesepuluh orang tersebut untuk tidak secara langung mengutarakan niatnya mengundang Athisa ke Tibet. Namun Bhikkhu Vikramsingh menyarankan alasan kedatangan mereka untuk belajar. Kemudian mereka diajak Bhikkhu Vikramsingh ke pertemuan para siswa di Vikramasila Mahavihara, melihat langsung para siswa dari guru besar Athisa, mereka antara lain adalah Ratnakirti, Tathagatarakshita, Sumatikirti, Vairucanarakshita dan Kanakasari. 



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:32:39 PM


Siapa Athisa Dipankara Srijnana ?
Beliau adalah seorang bangsawan putra raja Kalyana Sri yang bermaisurkan Ratu Sri Pabhavati penguasa sebuah negara bagian disebelah timur negara Jambudipa. Y.M. Athisa namanya sewaktu kecil adalah Chandragarbha, Pangeran Chandragarbha lahir di kota Sahor pada tahun 982 masehi. Pangeran kecil Chandragarbha mendapat pendidikan/pelajaran non Buddhisme. Suatu saat pada usia 11 tahun Chandragarbha secara kebetulan bertemu dengan acariya Jitari, beliau adalah seorang ahli tata bahasa. Melihat kebersahajaan pangeran kecil yang cerdas dan bersahaja itu, acariya Jitari memberikan dorongan agar Chandragarbha belajar ditempat pendidikan yang lebih besar, yakni di Mahavihara Nalanda yang jauh lebih besar dan terkenal daripada di Vikramavihara dikota dekat kerajaan ayahandanya. Semula pangeran Chandragarbha hendak menjadi Bhikkhu, namun usianya masih 11 tahun maka ia harus menunggu 9 tahun lagi untuk dapat menerima upasampada (menjadi bhikkhu). Kemudian pangeran Chandragarbha ditabhis menjadi samanera dengan nama Dipankara Srijnana. Namun ketika samanera Dipankara Srijnana memasuki usia 12 tahun dititipkan oleh gurunya dan kembali ke Vihara Vikramasila yakni Bodhibadhra kepada kakek guru beliau yang bernama Maitripa Avadhitipada di Rajagraha
Setelah lulus dari Vihara Vukramasila beliau melanjutkan pendidikannya di Mahavihara Bodh Gaya. Beliau mendapat pendidikan khusus tentang Vinaya oleh Guru Vinaya atau Mahavinayadhara, yakni Silarakshita. Beliau lulus pada usia 31 tahun. Kemudian Bhkkhu Dipankara Srijnana pada tahun 1013 pergi ke Swarnadipa melanjutkan belajar di Sri Wijaya dibawah bimbingan guru besar Sakyakirti ketika india diperintah oleh raja Vijayaphala (990-1040). Antara tahun 960-1030 India sedang terjadi penyerbuan dan perusakan oleh tentara dari timur tengah yang dipimpin oleh Mahmud Gaznavi. Mereka telah menghancurkan kanauj, Mathura, Benares dan Kalanjar. Di Sri Wijaya Bhikhhu Dipankara Srijnana (Athisa) kitab-kita yang anata lain: Abhisamayalankara adalah kitab yang ditulis oleh Asangha dan Kitab Bodhicaryavatara, kitab yang ditulis Santideva, dan beliau belajar banyak tentang pengetahuan lainnya termasuk Ajaran Tantra. Beliau mengahbiskan waktu selama 12 tahun di Sri Wijaya. Pada usia 44 tahu beliau kembali ke Vikramasila. 



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:33:18 PM


Athisa Dan Perkembangan Agama Buddha Di Tibet
Reputasi Athisa bagi perkembangan agama Buddha di India dan di Tibet sungguh tidak dapat dibandingkan. Selain itu peran beliau juga menjadikan tautan negara India dan Tibet maju dalam kebudayaan. Sebelum kedatangan beliau di Tibet, rupanya terlebih dahulu sudah ada para cedekiawan-cendekiawan India yang telah mengajarkan Dhamma. Beliau beliau tersebut diantaranya: Acariya Santarakshita dan Acariya Kamalasila. Namun kelebihan Y. M. Athisa adalah prestasi beliau dalam menterjemahkan kitab berbahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tibet. Sebelum tiba di Negeri Tibet beliau sempat tinggal di nepal selama setahun.
Ketika beliau tiba di Tibet, agama Buddha sudah berkembang dalam berbagai aliran. Terdapat satu aliran yang sangat mudah dikenali yaitu aliran Tua ( Rnin Ma pa ) atau aliran topi merah, yang merupakan gabungan dari sub aliran 4 aliran, namun mereka memuja satu guru terkemuka yakni Padmasambava. Filosofi inti ajarannya mempercayai pengetahuan/kebenaran baik yang ilmiah (empiris) maupun Mistis (Suprasensori).
Dengan kedatangan bhikkhu Atisha ke Tibet, agama Buddha disana bangkit kembali, selama abad ke 11 Vihara Sakya melek dari sekte topi kuning menjadi terkenal dan berkembang keseluruh Tibet. Negeri Tibet yang dikenal sebagai atap dunia memang tidak pernah sepi dari goresan sejarah, baik dalam sisi religusnya maupun politis. Negara Tibet. Tercatat dalan sejarah bahwa negeri Tibet pernah dikuasai oleh Mongolia. Selanjutnya tentang kekuasan Mongolia di tibet hanya sebatas itu yang terungkap dalam tulisan ini.hungga detik ini Tibet lebih identik dengan aroma religius Buddhis Tantra. Sejumlah vihara banyak bertebaran diseantero negeri itu. Salah satunya yang terkenal adalah Vihara Sakya Melek (Potala) yang dipimpin oleh Dalai Lama sebelum mengungsi ke Dharmasala (India) tahun 1959. Dalai Lama tidak dikenal hanya sebagai pemimpin spiritual Tibet namun beliau juga diakui rakyat tibet sebagai pemimpinnya secara politis. Satu lagi Vihara terkenal di Tibet yaitu Vihara Tashilunpo yang pemimpin yang adalah Pan Chen Lama, beliau hanya sebagai pemimpin spiritual Buddhis Tantra.Kini Tibet dikuasai negara China menjadi negara bagian yang ke 26.



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:33:38 PM


G.   Perkembangan Agama Buddha Di Nepal
Negara Nepal secara geografi berada dikaki gunung Himalaya diantara India dan sebelah utara China. Secara historis Nepal bukanlah asing bagi umat Buddha, kita tahu bahwa pangeran Siddharta lahir di Taman Lumbini, yang termasuk dalam wilayah Nepal sekarang. Negara Nepal merupakan pintu masuk dari Tibet ke India ( Bapat,V. P., 20.1959). sedikit mengenai Nepal, dapat kita lihat sejarah perjalanan Y.M. Atisha ketika akan ke Tibet. Dalam perjalanannya beliau pernah singgah dan tinggal di Nepal dalam kurun waktu 1 tahun, dan pada interval waktu beliau di Nepal dapat kita perkirakan beliau berperan dalam perkembangan agama Buddha disana. Ini dibuktikan selama beliau singgah di Nepal, ada disebutkan bahwa seorang putri Jayakamadeva menjadi bhikkhuni.(103.2003. Materi Sejarah Perkembangan Agama Buddha).
Satu hal yang masih sangat berpengaruh dan menjadi daya tarik negara Nepal pada pedatang ke negara itu adalah hal-hal yang bernafaskan Buddhis. Banyak tempat visata di negeri itu sebagian besar adalah tempat-tempat visata peninggalan sejarah Buddhisme. Tempat-tempat visata di Nepal yang paling banyak dikunjungi para wisatawan dari seluruh dunia adalah tempat yang sarat makna Buddhis, seperti bekas istana yang konon atau pada masa lampu sebagai pusat pemerintahan oleh raja yang taat beragama Buddha, banyak goa-goa di lereng-lereng bukit dahulu sebagai tempat para pertapa siswa Sang Buddha yang meskipun tempat itu penulis lupa mencatat dan mengingat nama-namanya. Dan satu tempat yang paling banyak dikenal adalah goa Athisa yang pernah dijadikan tempat tinggal Yang Mulia Athisa.

H.   Perkembangan Agama Buddha Di Afganistan
Secara historis sebenarnya Afganistan kuno kental dengan sejarah tentang agama Buddha. Hal ini dapat diketahui pada Jaman Sang Buddha dan India kala itu masih disebut sebagai Jambudipa, dimana Jambudipa hampir meliputi seluruh kawasan Asia (selatan sekarang). Di Afganistan bukti otentik tentang kebesaran agama Buddha yang pernah berkembang pesat adalah adanya bukti pahatan patung Buddha (relief) setinggi 165 kaki pada dinding gunung di Bamiyan yang pada tahun 2001 dihancurkan oleh pemerintahan Taliban di Afganistan ditangan penguasa Mulla Mohammad Omar. Patung Buddha di Bamiyan diperkirakan dibuat kira-kira pada abad ke 2 sampai 6 sebelum masehi masehi (Email: webmaster@buddhism.net. Diakses, 7-10-2002 ) 



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:34:24 PM


I.   Agama Buddha di Jepang
Kedatangan agama Buddha di Jepang dibagi atas 3 periode, yaitu :
1.   Periode Kedatangan abad ke-6 sampai 7 M.
Agama Buddha masuk ke Jepang melalui Kudara di Pakche. Pada awal kedatangan agama Buddha, para bhiksu harus menyesuaikan diri dengan kepercayaan shinto. Pada periode ini tercatat ada enam aliran agama Buddha yang tumbuh,. Yaitu :
a)   Kusha (aliran abhidharmakosa)
   Sanron (aliran Tiga Kitab Suci dari Madyamika)
c)   Jojitsu ( aliran Satyasiddhi-sastra)
d)   Kegon ( aliran Avatamsaka)
e)   Hosso (aliran Dharma-laksana)
f)   Ratsu (aliran Vinaya)
2.   Periode Nasionalisasi
Periode ini diawali dengan munculnya dua aliran agama Buddha, yaitu aliran Tendai oleh Saicho (797-822) dan aliran Shingon oleh Kukai (774-835) yang bertujuan supaya agama Buddha bisa diterima di Jepang. Agama Buddha pernah mengalami masa jaya dan menjadi agama negara pada waktu pemerintahan Nara (710-884). Pada masa ini terdapat 6 sekte namun yang terkenal adalah sekte Kagon. Akhir periode ini ditandai dengan munculnya aliran Zen yang dibawa oleh Eisai dan Dogen, dan Nichiren yang didirikan oleh Nichiren. Aliran Nichiren terdiri atas dua kelompok, yaitu : Nichiren Shu dan Nichiren Shoshu.
3.   Periode Lanjutan
Periode ini ditandai dengan dijadikannya agama Buddha sebagai agama nasional di bawah perlindungan Shogun Tokogawa dan menjadikan agama Buddha tidak populer dikalangan masyarakat, karena agama dijadikan alat untuk mendata dan mendaftar penduduk supaya tidak masuk Kristen.

J.   Agama Buddha di Thailand.
Agama Buddha di Thailand mulai berkembang sejak awal abad pertama atau kedua Masehi, yang didasarkan atas adanya penggalian arkeologi di Phra Pathom dan Pong Tuk. Di bawah pemerintahan raja Sri Suryavamsa Rama Maha Dharmikarajadhiraja agama Buddha Theravada mengalami masa kejayaaan dan mulai berkembang di daerah-daerah lainnya, seperti Laos. Pada masa pemerintahan raja Rama I (1789) ditulis kitab tentang sejarah pembacaan kitab suci dan diadakannya sembilan sanghayana dimana di Thailand terjadi dua kali. Sanghayana yang terjadi di Thailand, yaitu sanghayana ke-8 yang berlangsung antara tahun 1457 dan tahun 1483, sedangkan sanghayana ke-9 yang berlangsung tahun 1788. sanghayana yang terakhir ini diadakan setelah terjadi perang antara Thailand dan negara tetangganya dan menyebabkan banyak kitab suci yang musnah.

K.   Agama Buddha di Kamboja
Agama Buddha di Kamboja mulai berkembang pada abad ke-5 M walaupun bukan sebagai agama yang dominan dibandingkan dengan agama Syiva. Setelah Kamboja ada di bawah kekuasaan kerajaan Siam pada abad ke-13, agama Buddha mulai menempati kedudukan yang penting. Hal ini ditandai dengan adanya penggantian arca-arca hindu di Angkor Vat diganti dengan arca-arca Buddha
L.   Agama Buddha di Vietnam
Pada mulanya di Vietnam merupakan penganut ajaran hindu, namun sejak abad ke-3 M Agam Buddha mulai dikenal di Vietnam. Hal ini di benarkan dengan adanya bukti berita tentang singgahnya I-Tsing di Campa (Vietnam). Pada saat itu terdapat beberapa aliran di Vietnam, yaitu aliran Aryasammitiya dan aliran Sarvastivada. Di daerah Dong Duong dijumpai bekas-bekas reruntuhan Vihara yang dibangun pada masa Raja Jaya Indravarman tahun 875 M. Agama Buddha yang bercirikan mahayana bertahan hingga abad ke-15 setelah diserang oleh bangsa Annam dari utara.



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:34:52 PM


M.   Agama Buddha di Indonesia
Sejarah datangnya agama Buddha di Indonesia tidak diketahui secara pasti, namun ada beberapa catatan tentang agama Buddha di Indonesia (Jawa). Berdasarkan catatan dari Fa-Hien pada tahun 414 M yang singgah di Jawa selama 5 bulan, setelah mengunjungi India selama 6 tahun. Pada tahun 423 M atas usaha bhikkhu Gunawarman yang berasal dari Kashmir, sehingga di Jawa agama Buddha dapat berkembang. Agama Buddha di Indonesia mengalami masa kejayaan pada jaman kerajaan Sriwijaya. Di sana terdapat perguruan tinggi agama Buddha yang memiliki murid 1000 bhikkhu dengan mahagurunya Dharmapala, bahkan Atisa seorang tokoh yang membangun kembali agama Buddha di Tibet pernah belajar di Sriwijaya. Agama Buddha mulai surut di Indonesia setelah runtuhnya kerajaan Majapahit dan mulai berkembangnya agama Islam.
Pada tahun 1932 di Jakarta berdiri Internasional Buddhis Mission bagian Jawa. Pada tanggal 4 maret 1934 untuk pertama kalinya setelah sekian lama Indonesia dikunjungi oleh Seorang Bhikkhu dari luar negeri, yaitu bhikkhu Narada dari Ceylon dan memberikan ceramah-ceramah keagamaan di berbagai daerah. Tahun 1953 di Burma ditahbiskan seorang bhikkhu asal Indonesia untuk pertama kali dengan nama Ashin Jinarakkhita dan mendirikan Vihara Buddha Gaya di Watu Gong. Pada tahun 1959 menjadi tahun yang istimewa, karena umat Buddha untuk pertama kalinya merayakan hari Waisak di Candi Borobudur secara besar-besaran. Peristiwa ini dihadiri oleh beberapa bhikkhu dari luar negeri dan ditahbiskannya beberapa orang umat menjadi samanera.

N.   Tempat-Tempat Bersejarah Agama Buddha
1.   Taman Lumbini
Tempat dimana pangeran Siddharta lahir. Taman ini terletak di kawasan hutan teratai yang disebut Rummindei di Nepal Timur. Taman Lumbini dikunjungi oleh raja Asoka setelah 20 tahun memerintah dan mendirikan pilar asoka sebagai petunjuk bahwa di sinilah calon Buddha lahir.
2.   Bodh Gaya
Di tempat inilah pertapa Gotama mencapai KeBuddhaan pada waktu melaksanakan meditasi di bawah pohon Bodhi (Asvattha). Di Bodh Gaya dibangun Vihara Mahabodhi yang didirikan oleh raja Asoka tidak lama setelah melakukan kunjungan ke tempat ini. Bangunan vihara yang telah mengalami beberapa renovasi mempunyai tinggi 160 kaki.
3.   Sarnath
Di Sarnath Buddha Gotama untuk pertama kalinya mengajarkan Dhamma kepada lima orang pertapa. Di tempat ini dibangun Stupa yang lebih dikenal sebagai Dhamekh Stupa yang mempunyai ketinggian 150 kaki
4.   Kusinara
Tempat Buddha Gotama wafat atau parinibbana dibawah pohon sala. Tempat ini sekarang terletak di Kasia, distrik Gorakhpur, negara bagian Uttar Pradesh.
5.   Sravasthi
Tempat ini pada jaman Buddha merupakan pusat agama Buddha dan pernah dibangun Vihara Jetavana oleh Anathapindika. Saat ini Savathi disebut Saheth-Maheth yang terletak di Uttar Pradesh.
6.   Rajagaha
Dulunya merupakan ibukota dari kerajaan Magadha dan merupakan tempat berlangsungnya sanghayana ke I di gua Satapani yang terletak di bukit Vaibhara.
7.   Vesali
Merupakan ibukota dari bangsa Licchavi yang terletak di distrik Muzaffarpur. Di Vesali tercatat pernah berlangsung sanghayana yang ke 



Title: Re:Agama Buddha yang secara historis dan filosofis 
Post by: hariyono on 19 March, 2011, 12:35:10 PM


BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Perkembangan agama Buddha tidak bisa lepas dari usaha-usaha Dharmaduta-Dharmaduta yang berjuang keras dalam mengembangkan agama Buddha. Raja Asoka termasuk salah satu raja yang aktif dalam mengembangkan agama Buddha dengan mengirimkan Dharmadutanya ke berbagai penjuru dunia. Dalam perkembangannya agama Buddha menjumpai tidak sedikit halangan termasuk dari berbagai agama bahkan dari aliran-aliran agama Buddha sendiri demi untuk kepentingan mereka pribadi. 
Agama Buddha mengalami kemunduran di India yang merupakan tempat lahirnya Agama Buddha, dikarenakan mulai kembalinya pengaruh dari agama Brahma dan terpecahnya agama Buddha menjadi beberapa aliran atau sekte yang saling mempertahankan pendapatnya dan kitab yang digunakannya. Saat ini agama Buddha mulai menggema kembali di dunia, terutama di barat dimana orang-orang barat ingin mencari hal-hal yang bersifat spiritual yang di dunia barat sendiri sulit untuk mendapatkannya. Sehingga mereka mencarinya ke daerah timur (asia) yang sejak dulu terkenal dengan pusat-pusat spiritualnya dan tokoh-tokoh agamanya.
Dalam perkembangan agama buddha didunia sekarang ini sangat prsat sekali dibanding zaman yang dulu terutama dibelahan bumi bagian barat (Amerika dan eropa). Orang-orang dibarat saat ini lebih menyukai spritual dan filsafat orang-orang timur, dimana terjadi kebalikanya oarang timur lebih menyukai hal-hal yeng bersifat modern dan kapitalis yang dimiliki orang barat 

DAFTAR PUSTAKA
Akses Internet (http//www.buddhistoday.com. diakses, 7-10-2002) Bapat.
Akses Internet Bahan keluaran YBAM: Benny Liow: An Outline of Buddhismin Malaysia.
Akses Internet OgerBischoff http: //world. std. com/metta lib/ bps wheels. Whee l399.html
P. V. (general editor), 1952, 2500 Years Of Buddhisme, The
Publication Division, India.
Tim Penyusun. 2003. Materi Kuliah Sejarah Perkembangan Agama Buddha. Jakarta : CV. Dewi Kayana Abadi
Wahyono Mulyadi. 1995. Sejarah perkembangan Agama Buddha. Jakarta: Dirijen Bimas Hindu Buddha

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar

Blogger Zeroalta

Pink Lotus Flower
Please klik some Ads...! close

Ads promo :