Sutra
yang diambil dari analogi dengan intan, yang diambil karena intan adalah batu
mulia yang sangat berharga dan berharga mahal. Hyang Buddha menggunakan
perumpamaan batu ini karena dari zaman dahulu karena zaman dahulu juga masih
menjadi trend di kalangan masyarakat.
Sutra ini digunakan untuk menganalogikan pemotongan yang menggunakan intan,
seperti intan dapat memotong benda tajam. Jadi, sutra ini juga berisi tentang
pemotongan salah satu pandangan keliru, lobha, dosa, moha, dll. Dalam sutra ini
dalam bahasa Indonesia juga agak sedikit bias dikatakan kurang, karena sudah
turunan dari bahasa Inggris, tapi penerjemah tetap berusaha tidak mengurangi
esensi dari Sutra.
Isi
dari sutra ini yaitu Buddha mengajarkan Paticca Samuppada untuk pembebasan
semua makhluk, disini menjelaskan bahwa tidak ada satu makhluk pun yang dapat
membebaskan makhluk lain, yang dapat membebaskan makhluk tersebut adalah diri
makhluk itu sendiri. Dari hal sederhana yang telah diuraikan dalam setiap sutra
adalah agar kita selalu memahaminya secara mendalam, walaupun hal tersebut
tidak dijelaskan secara langsung dan dijelaskan
atau diuraikan secara sederhana. Selanjutnya
suatu pertemuan suci akan terselenggara apabila memenuhi empat faktor:
1.
Faktor keadaan
2.
Faktor waktu
3.
Faktor manusia
4.
Faktor masalah
Secara tersirat
Buddha dalam hal ini juga mengajarkan praktik Dharma yaitu menjaga kemurnian
Sila. Faktor diatas juga menjadi tolak ukur Buddha untuk menyampaikan Dharma.
Minimal 3 faktor pertama terpenuhi ini akan diuraikan Dharma secara umum. Jika
keempatnya faktor diatas semuanya terpenuhi, maka Dharma ini akan diuraikan
Dharma Khusus(tertinggi). Biasanya pada awalnya akan dijelaskan dulu Dharma
yang bersifat umum dan kemudian dijelaskan atau dilanjutkan dengan Dharma
secara Khusus (tertinggi).
Dalam
sutra ini Hyang Buddha menjawab pertanyaan dari B. Subhuti dijelaskan secara
sederhana yang tidak pernah terpikirkan oleh siapapun. Ini adalah alah satu
kemampuan Hyang Buddha dalam menjelaskan Dharma kepada semua makhluk dan
makhluk tersebut dapat menerimanya dengan baik. Buddha menjelaskan melalui
contoh dari kegiatan Beliau dalam kehidupan sehari-hari. Seperti saat Buddha
mempraktikkan Pindapata dan mengajarkan kesabaran dan tidak membeda-bedakan
antara orang kaya ataupun orang miskin, mengenakan jubah secara rapi juga
menyimpannya jubah dan mangkok agar dapat beristirahat dengan tenang, membasuh
kakinya mengajarkan tentang kebersihan, duduk dalam posisi meditasi untuk
mengajarkan agar umat menjalani hidup ini penuh dengan kesadaran dan
ketenangan. Dari semua kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
harus kita sadari, bahwa kehidupan untuk mencapai pembebasan tak lepas dari
kehidupan sehari-hari yang dialami. Dharma sehari-hari ini adalah salah satu
Dharma khusus yang terdiri dari Sad Dharma paramita, Anatta, dan Sunyata.
Dalam
praktik sehari-hari dharma sutra intan ini bisa dipraktikkan kepada semua
orang, contohnya memasak, bekerja, mengerjakan pekerjaan rumah, dll. Perbuatan bajik
adalah perbuatan yang tidak pernah dibuat-buat, walaupun berbuat tetapi tidak
melekat dengan perbuatan itu. Dengan arti walaupun kita berbuat bajik apapun
kita tidak menginginkan apapun atas perbuatan bajik tersebut atau biasa disebut
dengan memberi tanpa mengharapkan imbalan. Perbuatan baik yang masih terikat
dengan perbuatan baik yang dilakukan maka masih ada keakuan. Dharma mengajari kita untuk belajar
melepaskan, ketenangan, kebahagiaan dan mencerahkan bukannya menambah beban
hidup dalam diri kita. Seorang Bodhistva harus terbebas dari enam bentuk
kekotoran, yaitu: benda/bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan dan dharma. Karena bodhisattva
berpikir bahwa setiap makhluk adalah anak-anaknya, jadi beliau dalam berdana
apapun tanpa berpikir panjang dan langsung melakukan kebaikan itu.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar