Saturday, 10 January 2015

Apakah Anda Mengidap Bipolar Disorder?

Pembicaraan tentang penyakit Bipolar Disorder ini sangat ramai dibicarakan karena kasus artis luar negeri dan artis Indonesia diduga mengidap penyakit yang saya katakan cukup meresahkan ini. membuat para fans menyayangkannya. Menurut situs wikipedia.org penyakit ini merupakan gejala psikologi yang mana seseorang dengan gejala ini mengalami sebuah fase perubahan mood (alam perasaan) yang sangat ekstrim, antara depresi dan mania. Pengambilan istilah bipolar disorder sendiri mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang ekstrim.

Tidak bisa dipungkiri, bahwasanya setiap orang umumnya pasti pernah mengalami suasana hati yang baik (mood high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi , seseorang yang menderita bipolar disorder ini memiliki alunan perubahan mood or mood swings yang ekstrim luarbiasa dimana pola perasaan seseorang dengan gejala Bipolar Disorder ini mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap bipolar disorder bisa merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Namun, ketika mood-nya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri (depresi).

Pada masa sebelum ditemukannya istilah Bipolar Disorder ini, dulu para ahli menyebut penyakit ini dengan istilah "manic-depressive" dimana suasana hati yang meningkat secara klinis disebut sebagai mania dan, jika gejalanya ringan disebut: hypomania. Individu yang mengalami episode manik juga sering mengalami episode depresi, atau gejala, atau episode campuran dimana kedua fitur mania dan depresi hadir pada waktu yang sama. Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode "normal" suasana hati (mood) , tetapi, dalam beberapa depresi, individu dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat, yang dikenal sebagai “rapid-cycle”.

Manic episode Ekstrim kadang-kadang dapat menyebabkan gejala psikotik seperti delusi dan halusinasi . Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik. Gangguan tersebut telah dibagi menjadi bipolar I , bipolar II, cyclothymia , dan jenis lainnya, berdasarkan sifat dan pengalaman tingkat keparahan episode mood; kisaran sering digambarkan sebagai spektrum bipolar.

Bisa dikatakan bahwa insiden gangguan bipolar tidak tinggi antara 0,3-1,5 persen. Tapi angka tersebut belum termasuk yang misdiagnosis (biasa terdiagnosis sebagai skizofrenia). Gangguan jiwa bipolar saat ini sudah menjangkiti sekitar 10 hingga 12 persen remaja di luar negeri. Di beberapa kota di Indonesia juga mulai dilaporkan penderita berusia remaja. Resiko kematian terus membayangi penderita bipolar dan itu lebih karena mereka mengambil jalan pintas.

Gejala Awal Bipolar Disorder
Bisa jadi, episode pertama gejala psikologis ini timbul mulai dari masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar, risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang berisiko mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap penyakit bipolar
Seperti Apa Orang Yang Mengidap Bipolar Disorder?
Sesungguhnya, seseorang dengan gejala bipolar disorder dapat terlihat sangat berbeda pada orang yang berbeda. Gejala bervariasi dalam pola mereka, keparahan, dan frekuensi. Beberapa orang lebih rentan terhadap baik mania atau depresi, sementara yang lain bergantian sama antara dua jenis episode. Beberapa gangguan mood sering, sementara yang lain hanya mengalami sedikit selama seumur hidup. Ada empat jenis mood episode dalam Bipolar Disorder:
Mania
  • Gembira berlebihan
  • Mudah tersinggung sehingga mudah marah
  • Merasa dirinya sangat penting
  • Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
  • Penuh ide dan semangat baru
  • Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
  • Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
  • Nafsu seksual meningkat
  • Menyusun rencana yang tidak masuk akal
  • Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
  • Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
  • Menghamburkan uang
  • Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
  • Merasa sangat mengenal orang lain
  • Mudah melempar kritik terhadap orang lain
  • Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
  • Sulit tidur
  • Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24 jam
Hypomania
  • Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
  • Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
  • Penurunan kebutuhan untuk tidur.
Depresi
  • Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan
  • Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas
  • Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu
  • Tidak mampu merasakan kegembiraan
  • Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga
  • Sulit konsentrasi
  • Merasa tak berguna dan putus asa
  • Merasa bersalah dan berdosa
  • Rendah diri dan kurang percaya diri
  • Beranggapan masa depan suram dan pesimistis
  • Berpikir untuk bunuh diri
  • Hilang nafsu makan atau makan berlebihan
  • Penurunan berat badan atau penambahan berat badan
  • Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan
  • Mual, mulut kering, Susah BAB, dan terkadang diare
  • Kehilangan gairah seksual
  • Menghindari komunikasi dengan orang lain
Episode campuran.
  • Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya.
  • Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
  • Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
  • Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik, telepon.
Sebagai catatan :
Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut atau siapa saja yang mengetahuinya sebaiknya segera menelepon dokter atau ahli jiwa, jangan meninggalkan penderita sendirian, dan jauhkan benda-benda atau peralatan yang beresiko dapat membahayakan penderita atau orang-orang disekelilingnya. Hampir semua penderita bipolar disorder mempunyai pikiran tentang bunuh diri dan 30% diantaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara.

Faktor Penyebab Bipolar Disorder 
A. Genetik
Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko mengidap bipolar disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar disorder memiliki resiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik.

Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada bipolar disorder pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar disorder pernah mengalami satu episode gangguan mood.

B. Fisiologis yang mencakup :
1. Sistem Neurochemistry dan Mood Disorders
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap bipolar disorder adalah terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Sebagai organ yang berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya. Norepinephrin, dopamine, dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam penghantaran impuls syaraf.

Pada penderita bipolar disorder, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak seimbang. Sebagai contoh, suatu ketika seorang pengidap bipolar disorder dengan kadar dopamine yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif, dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania.

Sebaliknya dengan fase depresi. Fase ini terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar. Seseorang yang menderita bipolar disorder menandakan adanya gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system (BAS).

BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh reward (pencapaian tujuan) dari lingkungannya. Hal ini dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert(bersifat terbuka), peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur.

Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan dopamine dan perilaku untuk memperoleh reward. Peristiwa kehidupan yang melibatkan reward atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania tetapi tidak ada kaitannya dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan perubahan pada episode mania.

2. Sistem Neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus.Hipotalamus berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituarity.

Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus.

Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi

3. Lingkungan
Bipolar Disorder tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang tertentu secara genetik cenderung untuk bipolar disorder. Namun tidak semua orang dengan kerentanan mewarisi penyakit berkembang, menunjukkan bahwa gen bukanlah satu-satunya penyebab.

Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan perubahan fisik pada otak orang dengan bipolar disorder. Dalam penelitian lain disebutkan, poin ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi tiroid yang abnormal, gangguan ritme sirkadian, dan tingkat tinggi hormon stres kortisol. Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat dalam pengembangan bipolar disorder. Faktor-faktor eksternal yang disebut pemicu. Pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi atau membuat gejala yang ada buruk. Namun, banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas.

Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu munculnya bipolar disorder.

Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut ini adalah faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya BD, antara lain:

a. Stress - peristiwa kehidupan Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai, dipecat.

b. Penyalahgunaan Zat - Meskipun penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat membawa pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan amphetamine dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu depresi.

c. Obat - obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu over-the-counter, penekan nafsu makan, kafein, kortikosteroid, dan obat tiroid.

d. Perubahan Musiman - Episode mania dan depresi sering mengikuti pola musiman. Manic episode lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode depresif lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, dan musim semi (untuk negara dengan 4 musim).

e. Kurang Tidur - Rugi tidur-bahkan sesedikit melewatkan beberapa jam istirahat-bisa memicu episode mania

Cara Melindungi Keluarga Dari Bipolar Disorder

Tindakan pertama tentunya adalah Self-Help For Bipolar Disorder. Untuk sukses mengelola bipolar disorder, kita harus membuat sebuah pilihan cerdas. Gaya hidup kita dan kebiasaan kita sehari-hari pun ternyata memiliki dampak yang signifikan terhadap suasana hati kita dan orang-orang sekitar kita. So? Teruslah melakukan searching information yang kiranya bisa membantu kita melakukan berbagai cara untuk -paling tidak- membantu diri Anda sendiri:

1. Dapatkan pendidikan tentang cara mengatasi gangguan.
Pelajari sebanyak yang kita bisa segala informasi dan sumber-sumber pengetahuan tentang bipolar. Semakin banyak kita tahu, semakin baik kita akan berada dalam membantu pemulihan diri sendiri dan orang disekitar kita.

2. Jauhkan stress.
Hindari stres tinggi dengan menjaga situasi keseimbangan antara pekerjaan dan hidup sehat, dan mencoba teknik relaksasi seperti melakukan self hypnosis, doa khusyuk, meditasi, yoga, atau juga pernapasan dalam.

3. Mencari dukungan
Amat sangat penting bagi kita untuk memiliki orang yang dapat kita percaya untuk sekedar berbagi dan meminta bantuan dan dorongan. Cobalah bergabung dengan kelompok pendukung atau berbicara dengan teman yang dipercaya.

4. Buatlah pilihan yang sehat.
Sehat tidur, makan, dan berolahraga kebiasaan dapat membantu menstabilkan suasana hati Anda. Menjaga jadwal tidur yang teratur sangat penting.

5. Jangan Lupa Untuk Selalu Memonitor suasana hati.
Melacak aneka gejala dan memperhatikan tanda-tanda bahwa suasana hati kita memang tengah berayun di luar kendali amatlah penting untuk dilakukan sehingga kita dapat dengan segera menghentikan masalah sebelum dimulai.
Semoga penyakit psikologis ini tidak bersama anda sahabat anehdidunia.com mari kita ciptakan hidup aman dan sehat, dengan memperhatikan perubahan yang terjadi pada keluarga dan teman anda.
 
anehdidunia.com

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar

Blogger Zeroalta

Pink Lotus Flower
Please klik some Ads...! close

Ads promo :