Thursday, 31 January 2013

Keajaiban Dari Kaca Mata Buddhis

Oleh: Karma Jigme Rofin B.A. (Hons)

Keajaiban tentu menarik perhatian banyak kalangan, apalagi yang dikatakan bahwa dapat membawa rezeki dan melancarkan usaha. Fenomena demikian yang belakangan ini hangat dibicarakan oleh segelintir umat Buddha yang kurang memahami Dhamma, mereka kelihatan terlalu mengagungkan orang-orang yang dikatakan memiliki kekuatan gaib dengan harapan dapat menambah kekayaan dan kejayaan usaha mereka.

Sebenarnya kekuatan gaib bukan hanya dapat dimiliki oleh Arahat atau Buddha, tetapi sebaliknya kekuatan-kekuatan gaib seperti membaca pikiran orang lain, kekuatan telinga dewa dan yang lainnya dapat dimiliki siapa saja yang melatih vipassana hingga mencapai jhana tertentu. Oleh sebab itu, siapa saja, dan dari kepercayaan mana saja bisa memiliki kekuatan seperti itu bila mencapai jhana melalui vipassana. Perlu ditekankan disini bahwa melatih vipassana bukan bertujuan untuk menguasai kekuatan gaib, tetapi untuk mengerti akan kebenaran semesta dan pembebasanlah yang dijadikan tujuan dari vipassana.

Walaupun memiliki kekuatan-kekuatan gaib, Sang Buddha sendiri tidak pernah menunjukkan kekuatan yang beliau miliki hanya untuk dipamerkan apalagi hanya untuk mencari pengikut yang banyak. Beliau hanya akan menggunakan kekuatannya tersebut bila memang dibutuhkan untuk menolong orang lain.

Hal ini juga diperkuat dengan kejadian dimasa kehidupan Sang Buddha. Sewaktu Sang Buddha berada di Nalanda di Hutan Pavarika, seorang umat yang bernama Kevaddha meminta agar Sang Guru menunjuk seorang Bhikkhu untuk memperagakan satu keajaiban dari kekuatan supernormal sehingga orang-orang Nalanda yang memang umat Buddhis itu menjadi lebih yakin terhadap Sang Buddha. Menjawab pertanyaan itu, Sang buddha berkata, “Kevaddha, Tathagata tidak mengajarkan Doktrin kepada para bhikkhu dalam cara itu”. Jawaban yang sama juga diberikan oleh Sang Buddha ketika Kevaddha bertanya untuk kedua dan ketiga kalinya.

Beliau juga tidak bersetuju bila ada yang mengatakan bahwa orang yang memamerkan kekuatan gaib pasti mengajarkan ‘kebenaran’, oleh sebab itu rasanya kurang bijaksana bila ada yang langsung percaya bahwa seseorang telah mencapai penerangan hanya karena orang tersebut memiliki kekuatan gaib.

Bagi Sang Buddha, keajaiban tidak menduduki berperan penting dalam pengembangan spiritual tetapi peranannya minor saja(yang tidak penting). Sang Buddha sendiri tidak hanya mengajarkan muridnya agar jeli dalam menggunakan kekuatan gaib yang mungkin dimiliki, tetapi beliau juga memperingati yang lain agar tidak terikat akan demonstrasi demonstrasi seperti itu (demonsrasi kekuatan gaib). Sang guru pernah mengatakan keajaiban yang paling tinggi adalah dapat mengubah orang bodoh menjadi seorang yang bijaksana.

Bila sekarang ini anda tidak melihat pengikut-pengikut Sang Buddha memamerkan kekuatan gaib anda tidak perlu heran ataupun berkecil hati. Tidak dipamerkan bukan berarti tida ada, tetapi tidak perlu apalagi Sang Buddha pernah melarang pengikutnya memamerkan kekuatan-kekuatan yang mereka miliki karena dampak negatifnya akan lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya.

Oleh sebab itu, anda tidak akan pernah melihat adanya orang-orang yang menjalankan disiplin Sang Buddha memamerkan kekuatan gaib yang dimiliki. Bila anda menyaksikannya, berarti yang bersangkutan harus disangsikan apakah benar murid Sang Buddha yang ingin membabarkan kebenaran atau hanya sekedar menggunakan nama Sang Buddha yang sudah mempunyai reputasi Internasional (hampir 2600 tahun lamanya) untuk mencari keuntungan pribadi.

Sang Buddha juga tidak pernah mengirimkan orang-orang yang menjalankan disiplinnya untuk menarik penganut kepercayaan lain dengan cara apapun juga termasuk didalamnya menggunakan demonstrasi kekuatan gaib, walaupun sekarang ini kita mendengar ada kepercayaan lain yang melakukan hal yang serupa. Sang Buddha meminta pengikutnya untuk menyebarkan kebenaran, membuat orang menjadi baik dan melakukan kebaikan tanpa harus menjadi pengikut dari Sang Buddha. Beliau juga menyarankan orang-orang untuk datang dan melihat bukan untuk datang dan percaya. Mungkin itulah keunikan yang menjadi daya tarik Agama Buddha yang tidak dimiliki agama lain, sehingga beberapa tahun belakangan ini Buddhisme berkembang pesat di dunia barat yang dengan ditandai dengan permintaan yang meningkat akan tenaga pembabar Dhamma dan pentabhisan anggota sangha dari orang-orang western.

Kebijaksanaanlah yang ditekankan oleh Sang Buddha bagi pengikutnya, bukannya kepercayaan yang diharuskan. Dengan ini diharapkan agar pengikut Sang Buddha dapat berpikir secara rasional dan tidak fanatik secara membabi-buta. Bila sakit hendaknya umat Buddha mencari dokter untuk kesembuhan, bukannya mencari penyembuhan melalui kekuatan gaib; Bila ingin hidup berkecukupan, kerjalah secara baik dan benar bukannya berpangku tangan dengan meminta bantuan dari kekuatan gaib tersebut; Bila ingin bebas dari penderitaan, pelajarilah Dhamma bukan mencari perlindungan dari mahkluk-mahkluk atau benda-benda yang menguasai keajaiban.

Tidak seharusnya seorang umat Buddha mencari keajaiban atau kekuatan-kekuatan seperti itu karena keajaiban dan atau kekuatan-kekuatan yang seperti itu tidak dapat mengantarkan seseorang menjadi suci. Kekuatan-kekuatan itu mungkin dapat membawa kebahagiaan untuk seketika, tetapi tidak mungkin untuk waktu yang lama karena buah kamma seseorang harus diterima oleh orang itu sendiri, tidak ada yang dapat diwakilkan atau lari dari buah kamma.

Melalui tulisan pendek ini, diharapkan agar umat Buddha tidak hanya tertarik kepada segala sesuatu yang gaib. Yakinlah bahwa kebenaran (Dhamma) adalah jalan yang benar, dalam kitab suci dikatakan bahwa mereka yang berpedoman pada Dhamma seperti orang yang berjalan dari kegelapan ke tempat yang terang, maukah anda berjalan kearah sebaliknya?

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar

Blogger Zeroalta

Pink Lotus Flower
Please klik some Ads...! close

Ads promo :