Friday 6 June 2014

Kondisi Pembentuk Perilaku

2.1. Kondisi Pembentuk Massa (Neil Smelser) 
Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya
perilaku kolektif , diantaranya:
1. Structural conduciveness: beberapa struktur sosial yang memungkinkan munculnya
perilaku kolektif, seperti: pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mall, dst.
2. Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan dalam masyarakat yang muncul secara
tersturktur. Misalnya: antar pendukng kontestan pilkada.
3. Generalized beliefs : share interpretation of event (kepercayaan yg sama terhadap
sebuah acara), misalnya perkumpulan ceramah agama.

4. Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering incidence). Misal ada pencurian,
ada kecelakaan.
5. Mobilization for actions: adanya mobilisasi massa. Misalmya : aksi buruh, rapat umum
suatu ormas, dst.
6. Failure of Social Control – akibat agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak
berjalan dengan baik.

2.2. Jenis Perilaku Secara Kolektif 
A. CROWD (KERUMUNAN)
Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd) sebagai. 1. Sekelompok
orang yang membentuk agregasi (kumpulan), 2. Jumlahnya semakin lama semakin
meningkat, 3. Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru (seperti lingkaran), 4.
Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat dan tempat tertentu dengan lingkaran
(boundary) yang semakin jelas, dan 5. Titik pusatnya permeable dan saling mendekat.
Ada beberapa bentuk kerumunan (Crowd) yang ada dalam masyarakat:
1. Temporary Crowd : orang yang berada pada situasi saling berdekatan di suatu tempat
dan pada situasi sesaat
2. Casual Crowd : sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan tidak memiliki
maksud apa-apa
3. Conventional Crowd : audience yang sedang mendengarkan ceramah
4. Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang nonton konser musik yang menari
sambil sesekali ikut melantunkan lagu
5. Acting Crowd atau rioting crowd : sekelompok massa yang melakukan tindakan
kekerasan
6. Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang munculnya karena didasari oleh
kesamaan ideologi
B. MOB
Kerumunanan (Crowds) yang emosional yang cenderung melakukan
kekerasan/penyimpangan (violence) dan tindakan destruktif. Umumnya mereka melakukan
tindakan melawan tatanan sosial yang ada secara langsung. Hal ini muncul karena adanya
rasa ketidakpuasan, ketidakadilan, frustrasi, adanya perasaan dicederai oleh institusi yang
telah mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka bentuknya menjadi
kerusuhan massa. Mereka melakukan pengrusakan fasilitas umum dan apapun yang
dipandang menjadi sasaran kemarahanannya.
C. PANIC
Bentuk perilaku kolektif yang tindakannya merupakan reaksi terhadap ancaman yang
muncul di dalam kelompok tersebut. Biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian
bencana (disaster). Tindakan reaksi massa ini cenderung terjadi pada awal suatu kejadian,
dan hal ini tidak terjadi ketika mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah dari kejadian panik
ini adalah Histeria Massa. Pada histeria massa ini terjadi kecemasan yang berlebihan dalam
masyarakat. misalnya munculnya isu tsunami, banjir.
D. RUMORSA
Suatu informasi yang tidak dapat dibuktikan, dan dikomunikasikan yang muncul dari
satu orang kepada orang lain (isu sosial). Umumnya terjadi pada situasi dimana orang
seringkali kekurangan informasi untuk membuat interpretasi yang lebih komprehensif. Media
yang digunakan umumnya adalah telepon.
E. OPINI PUBLICA
Sekelompok orang yang memiliki pendapat beda mengenai sesuatu hal dalam
masyarakat. Dalam opini publik ini antara kelompok masyarakat terjadi perbedaan
pandangan / perspektif. Konflik bisa sangat potensial terjadi pada masyarakat yang kurang
memahami akan masalah yang menjadi interest dalam masayarakat tersebut. Contoh adalah
adanya perbedaan pendangan antar masyarakat tentang hukuman mati, pemilu, penetapan
undang-undang tertentu, dan sebagainya. Bentuknya biasanya berupa informasi yang beda,
namun dalam kenyataannya bisa menjadi stimulator konflik dalam masyarakat


F. PROPAGANDA 
Informasi atau pandangan yang sengaja digunakan untuk menyampaikan atau
membentuk opini publik. Biasanya diberikan oleh sekelompok orang, organisasi, atau
masyarakat yang ingin tercapai tujuannya. Media komunikasi banyak digunakan untuk
melalukan propaganda ini. Kadangkala juga berupa pertemuan kelompok
(crowds).Penampilan dari public figure kadang kala menjadi senjata yang ampuh untuk
melakukan proraganda ini.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap 
1. Pengalaman Pribadi.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan
emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Kebudayaan.
B.F. Skinner (Dalam Azwar 2005: 13) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola
perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran)
yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan
untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang Lain Yang Dianggap Penting.
Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang-orang
yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.
4. Media Massa.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah
arah sikap tertentu.
5. Institusi Pendidikan dan Agama.
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajarannya.
6. Faktor Emosi Dalam Diri.
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih
tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.

2.4. Jenis – Jenis Massa 
Jenis massa dilihat dari konsepsi keagamaan:
1. Majoritarianism
Paham yang menggunakan jargon atau slogan mayoritas. Memiliki anggapan bahwa di
belakang mereka banyak pendukung dan mereka semua akan membantu mereka.
Kebanyakan massa disini adalah massa yang anarki dan memperlakukan massa yang
minoritas secara semena – mena.
2. Silent Majority
Massa yang lebih banyak dari pada massa yang anarki, tetapi dalam hal keagamaan
mereka mempunyai agama yang sama. Dalam hal ini mereka lebih memilih diam, dan tidak
mendukung mereka yang memiliki paham Majoritarianism. Akan tetapi massa yang diam ini
dianggap berpihak dengan massa yang semena – mena karena kesamaan tujuan (agama).
3. Minority Syndrom
Massa yang berpikir dan beranggapan secara pragmatis bahwa mereka adalah kaum
yang lemah, mereka adalah kaum yang selalu teraniaya. Padahal jikaa mereka bisa bangkita
dan bekerja sama dengan massa yang diam diatas, niscaya banyak kekuatan yang akan
mendukung massa tersebut.

 7 Jenis –jenis massa dalam konsepsi umum :
1. Khalayak penonton atau pendengar yang formal (Formal audiences)
Merupakan Massa yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, tetapi
sifatnya pasif, contohnya menonton film.
2. Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (Planned Expressive Group)
Massa yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, tetapi mempunyai persamaan
tujuan yang tersimpul dalam aktifitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya.
Fungsinya adalah sebagai penyalur ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena
pekerjaan sehari-hari, contoh orang yang berpesta, berdansa, dsb.
3. Massa yang bersifat sementara (Casual mass)
Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations)
Dalam kerumunan itu kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya
maksud seseorang. Contoh; orang-orang yang antri karcis, orang-orang yng menunggu bis
dan sebagainya.
4. Massa orang yang sedang dalam keadaan panik (panic mass)
Yaitu orang-orang yang bersama-sama menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
5. Massa penonton (spectator mass)
Karena ingin melihat suatu kejadian tertentu. Massa semacam ini hampir sama dengan
khalayak penonton, tetapi bedanya adalah bahwa massa penonton tidak direncanakan,
sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya belum tak terkendalikan.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan benar

Blogger Zeroalta

Pink Lotus Flower
Please klik some Ads...! close

Ads promo :