Teman-teman DD 2 harap isi formulir download di bawah ini :
|
|
|
V
http://www.4shared.com/file/hD8j9s_9/Biodata_Mhs_DD_file-ganti_sesu.html
Thursday, 31 January 2013
Keajaiban Dari Kaca Mata Buddhis
Oleh: Karma Jigme Rofin B.A. (Hons)
Keajaiban tentu menarik perhatian banyak kalangan, apalagi yang dikatakan bahwa dapat membawa rezeki dan melancarkan usaha. Fenomena demikian yang belakangan ini hangat dibicarakan oleh segelintir umat Buddha yang kurang memahami Dhamma, mereka kelihatan terlalu mengagungkan orang-orang yang dikatakan memiliki kekuatan gaib dengan harapan dapat menambah kekayaan dan kejayaan usaha mereka.
Sebenarnya kekuatan gaib bukan hanya dapat dimiliki oleh Arahat atau Buddha, tetapi sebaliknya kekuatan-kekuatan gaib seperti membaca pikiran orang lain, kekuatan telinga dewa dan yang lainnya dapat dimiliki siapa saja yang melatih vipassana hingga mencapai jhana tertentu. Oleh sebab itu, siapa saja, dan dari kepercayaan mana saja bisa memiliki kekuatan seperti itu bila mencapai jhana melalui vipassana. Perlu ditekankan disini bahwa melatih vipassana bukan bertujuan untuk menguasai kekuatan gaib, tetapi untuk mengerti akan kebenaran semesta dan pembebasanlah yang dijadikan tujuan dari vipassana.
Walaupun memiliki kekuatan-kekuatan gaib, Sang Buddha sendiri tidak pernah menunjukkan kekuatan yang beliau miliki hanya untuk dipamerkan apalagi hanya untuk mencari pengikut yang banyak. Beliau hanya akan menggunakan kekuatannya tersebut bila memang dibutuhkan untuk menolong orang lain.
Hal ini juga diperkuat dengan kejadian dimasa kehidupan Sang Buddha. Sewaktu Sang Buddha berada di Nalanda di Hutan Pavarika, seorang umat yang bernama Kevaddha meminta agar Sang Guru menunjuk seorang Bhikkhu untuk memperagakan satu keajaiban dari kekuatan supernormal sehingga orang-orang Nalanda yang memang umat Buddhis itu menjadi lebih yakin terhadap Sang Buddha. Menjawab pertanyaan itu, Sang buddha berkata, “Kevaddha, Tathagata tidak mengajarkan Doktrin kepada para bhikkhu dalam cara itu”. Jawaban yang sama juga diberikan oleh Sang Buddha ketika Kevaddha bertanya untuk kedua dan ketiga kalinya.
Beliau juga tidak bersetuju bila ada yang mengatakan bahwa orang yang memamerkan kekuatan gaib pasti mengajarkan ‘kebenaran’, oleh sebab itu rasanya kurang bijaksana bila ada yang langsung percaya bahwa seseorang telah mencapai penerangan hanya karena orang tersebut memiliki kekuatan gaib.
Bagi Sang Buddha, keajaiban tidak menduduki berperan penting dalam pengembangan spiritual tetapi peranannya minor saja(yang tidak penting). Sang Buddha sendiri tidak hanya mengajarkan muridnya agar jeli dalam menggunakan kekuatan gaib yang mungkin dimiliki, tetapi beliau juga memperingati yang lain agar tidak terikat akan demonstrasi demonstrasi seperti itu (demonsrasi kekuatan gaib). Sang guru pernah mengatakan keajaiban yang paling tinggi adalah dapat mengubah orang bodoh menjadi seorang yang bijaksana.
Bila sekarang ini anda tidak melihat pengikut-pengikut Sang Buddha memamerkan kekuatan gaib anda tidak perlu heran ataupun berkecil hati. Tidak dipamerkan bukan berarti tida ada, tetapi tidak perlu apalagi Sang Buddha pernah melarang pengikutnya memamerkan kekuatan-kekuatan yang mereka miliki karena dampak negatifnya akan lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya.
Oleh sebab itu, anda tidak akan pernah melihat adanya orang-orang yang menjalankan disiplin Sang Buddha memamerkan kekuatan gaib yang dimiliki. Bila anda menyaksikannya, berarti yang bersangkutan harus disangsikan apakah benar murid Sang Buddha yang ingin membabarkan kebenaran atau hanya sekedar menggunakan nama Sang Buddha yang sudah mempunyai reputasi Internasional (hampir 2600 tahun lamanya) untuk mencari keuntungan pribadi.
Sang Buddha juga tidak pernah mengirimkan orang-orang yang menjalankan disiplinnya untuk menarik penganut kepercayaan lain dengan cara apapun juga termasuk didalamnya menggunakan demonstrasi kekuatan gaib, walaupun sekarang ini kita mendengar ada kepercayaan lain yang melakukan hal yang serupa. Sang Buddha meminta pengikutnya untuk menyebarkan kebenaran, membuat orang menjadi baik dan melakukan kebaikan tanpa harus menjadi pengikut dari Sang Buddha. Beliau juga menyarankan orang-orang untuk datang dan melihat bukan untuk datang dan percaya. Mungkin itulah keunikan yang menjadi daya tarik Agama Buddha yang tidak dimiliki agama lain, sehingga beberapa tahun belakangan ini Buddhisme berkembang pesat di dunia barat yang dengan ditandai dengan permintaan yang meningkat akan tenaga pembabar Dhamma dan pentabhisan anggota sangha dari orang-orang western.
Kebijaksanaanlah yang ditekankan oleh Sang Buddha bagi pengikutnya, bukannya kepercayaan yang diharuskan. Dengan ini diharapkan agar pengikut Sang Buddha dapat berpikir secara rasional dan tidak fanatik secara membabi-buta. Bila sakit hendaknya umat Buddha mencari dokter untuk kesembuhan, bukannya mencari penyembuhan melalui kekuatan gaib; Bila ingin hidup berkecukupan, kerjalah secara baik dan benar bukannya berpangku tangan dengan meminta bantuan dari kekuatan gaib tersebut; Bila ingin bebas dari penderitaan, pelajarilah Dhamma bukan mencari perlindungan dari mahkluk-mahkluk atau benda-benda yang menguasai keajaiban.
Tidak seharusnya seorang umat Buddha mencari keajaiban atau kekuatan-kekuatan seperti itu karena keajaiban dan atau kekuatan-kekuatan yang seperti itu tidak dapat mengantarkan seseorang menjadi suci. Kekuatan-kekuatan itu mungkin dapat membawa kebahagiaan untuk seketika, tetapi tidak mungkin untuk waktu yang lama karena buah kamma seseorang harus diterima oleh orang itu sendiri, tidak ada yang dapat diwakilkan atau lari dari buah kamma.
Melalui tulisan pendek ini, diharapkan agar umat Buddha tidak hanya tertarik kepada segala sesuatu yang gaib. Yakinlah bahwa kebenaran (Dhamma) adalah jalan yang benar, dalam kitab suci dikatakan bahwa mereka yang berpedoman pada Dhamma seperti orang yang berjalan dari kegelapan ke tempat yang terang, maukah anda berjalan kearah sebaliknya?
Keajaiban tentu menarik perhatian banyak kalangan, apalagi yang dikatakan bahwa dapat membawa rezeki dan melancarkan usaha. Fenomena demikian yang belakangan ini hangat dibicarakan oleh segelintir umat Buddha yang kurang memahami Dhamma, mereka kelihatan terlalu mengagungkan orang-orang yang dikatakan memiliki kekuatan gaib dengan harapan dapat menambah kekayaan dan kejayaan usaha mereka.
Sebenarnya kekuatan gaib bukan hanya dapat dimiliki oleh Arahat atau Buddha, tetapi sebaliknya kekuatan-kekuatan gaib seperti membaca pikiran orang lain, kekuatan telinga dewa dan yang lainnya dapat dimiliki siapa saja yang melatih vipassana hingga mencapai jhana tertentu. Oleh sebab itu, siapa saja, dan dari kepercayaan mana saja bisa memiliki kekuatan seperti itu bila mencapai jhana melalui vipassana. Perlu ditekankan disini bahwa melatih vipassana bukan bertujuan untuk menguasai kekuatan gaib, tetapi untuk mengerti akan kebenaran semesta dan pembebasanlah yang dijadikan tujuan dari vipassana.
Walaupun memiliki kekuatan-kekuatan gaib, Sang Buddha sendiri tidak pernah menunjukkan kekuatan yang beliau miliki hanya untuk dipamerkan apalagi hanya untuk mencari pengikut yang banyak. Beliau hanya akan menggunakan kekuatannya tersebut bila memang dibutuhkan untuk menolong orang lain.
Hal ini juga diperkuat dengan kejadian dimasa kehidupan Sang Buddha. Sewaktu Sang Buddha berada di Nalanda di Hutan Pavarika, seorang umat yang bernama Kevaddha meminta agar Sang Guru menunjuk seorang Bhikkhu untuk memperagakan satu keajaiban dari kekuatan supernormal sehingga orang-orang Nalanda yang memang umat Buddhis itu menjadi lebih yakin terhadap Sang Buddha. Menjawab pertanyaan itu, Sang buddha berkata, “Kevaddha, Tathagata tidak mengajarkan Doktrin kepada para bhikkhu dalam cara itu”. Jawaban yang sama juga diberikan oleh Sang Buddha ketika Kevaddha bertanya untuk kedua dan ketiga kalinya.
Beliau juga tidak bersetuju bila ada yang mengatakan bahwa orang yang memamerkan kekuatan gaib pasti mengajarkan ‘kebenaran’, oleh sebab itu rasanya kurang bijaksana bila ada yang langsung percaya bahwa seseorang telah mencapai penerangan hanya karena orang tersebut memiliki kekuatan gaib.
Bagi Sang Buddha, keajaiban tidak menduduki berperan penting dalam pengembangan spiritual tetapi peranannya minor saja(yang tidak penting). Sang Buddha sendiri tidak hanya mengajarkan muridnya agar jeli dalam menggunakan kekuatan gaib yang mungkin dimiliki, tetapi beliau juga memperingati yang lain agar tidak terikat akan demonstrasi demonstrasi seperti itu (demonsrasi kekuatan gaib). Sang guru pernah mengatakan keajaiban yang paling tinggi adalah dapat mengubah orang bodoh menjadi seorang yang bijaksana.
Bila sekarang ini anda tidak melihat pengikut-pengikut Sang Buddha memamerkan kekuatan gaib anda tidak perlu heran ataupun berkecil hati. Tidak dipamerkan bukan berarti tida ada, tetapi tidak perlu apalagi Sang Buddha pernah melarang pengikutnya memamerkan kekuatan-kekuatan yang mereka miliki karena dampak negatifnya akan lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya.
Oleh sebab itu, anda tidak akan pernah melihat adanya orang-orang yang menjalankan disiplin Sang Buddha memamerkan kekuatan gaib yang dimiliki. Bila anda menyaksikannya, berarti yang bersangkutan harus disangsikan apakah benar murid Sang Buddha yang ingin membabarkan kebenaran atau hanya sekedar menggunakan nama Sang Buddha yang sudah mempunyai reputasi Internasional (hampir 2600 tahun lamanya) untuk mencari keuntungan pribadi.
Sang Buddha juga tidak pernah mengirimkan orang-orang yang menjalankan disiplinnya untuk menarik penganut kepercayaan lain dengan cara apapun juga termasuk didalamnya menggunakan demonstrasi kekuatan gaib, walaupun sekarang ini kita mendengar ada kepercayaan lain yang melakukan hal yang serupa. Sang Buddha meminta pengikutnya untuk menyebarkan kebenaran, membuat orang menjadi baik dan melakukan kebaikan tanpa harus menjadi pengikut dari Sang Buddha. Beliau juga menyarankan orang-orang untuk datang dan melihat bukan untuk datang dan percaya. Mungkin itulah keunikan yang menjadi daya tarik Agama Buddha yang tidak dimiliki agama lain, sehingga beberapa tahun belakangan ini Buddhisme berkembang pesat di dunia barat yang dengan ditandai dengan permintaan yang meningkat akan tenaga pembabar Dhamma dan pentabhisan anggota sangha dari orang-orang western.
Kebijaksanaanlah yang ditekankan oleh Sang Buddha bagi pengikutnya, bukannya kepercayaan yang diharuskan. Dengan ini diharapkan agar pengikut Sang Buddha dapat berpikir secara rasional dan tidak fanatik secara membabi-buta. Bila sakit hendaknya umat Buddha mencari dokter untuk kesembuhan, bukannya mencari penyembuhan melalui kekuatan gaib; Bila ingin hidup berkecukupan, kerjalah secara baik dan benar bukannya berpangku tangan dengan meminta bantuan dari kekuatan gaib tersebut; Bila ingin bebas dari penderitaan, pelajarilah Dhamma bukan mencari perlindungan dari mahkluk-mahkluk atau benda-benda yang menguasai keajaiban.
Tidak seharusnya seorang umat Buddha mencari keajaiban atau kekuatan-kekuatan seperti itu karena keajaiban dan atau kekuatan-kekuatan yang seperti itu tidak dapat mengantarkan seseorang menjadi suci. Kekuatan-kekuatan itu mungkin dapat membawa kebahagiaan untuk seketika, tetapi tidak mungkin untuk waktu yang lama karena buah kamma seseorang harus diterima oleh orang itu sendiri, tidak ada yang dapat diwakilkan atau lari dari buah kamma.
Melalui tulisan pendek ini, diharapkan agar umat Buddha tidak hanya tertarik kepada segala sesuatu yang gaib. Yakinlah bahwa kebenaran (Dhamma) adalah jalan yang benar, dalam kitab suci dikatakan bahwa mereka yang berpedoman pada Dhamma seperti orang yang berjalan dari kegelapan ke tempat yang terang, maukah anda berjalan kearah sebaliknya?
Tuesday, 29 January 2013
Cetasika
CETASIKA
Apa hakekat sesungguhnya dari ariya sacca 4?
Jawab :
Hakekat sesungguhnya dari ariya sacca 4 adalah :
1. Dukkha sacca : lokiya citta 81, cetasika 51, rupa 28
2. Dukkha Samudaya sacca adalah lobha cetasika
3. Dukkha Nirodha sacca adalah Nibbana
4. Dukkha Nirodha Gaminipatipada Sacca adalah cetasika 8 yg berada did lm magga citta 4 s/d 20
Apa hakekat sesungguhnya dari Tilakkhana?
Jawab :
Hakekat sesungguhnya dari Tilakkhana adalah :
1. Anicca lakkhana adalah citta 89, cetasika 52 dan rupa 28
2. Dukkha lakkhana adalah citta 89, cetasika 52 dan rupa 28
3. Anatta lakkhana adalah citta 89, cetasika 52, rupa 28 dan Nibbana
Apakah hakekat sesungguhnya dari pancakkhandha?
Jawab :
Hakekat sesungguhnya dari pancakkhandha adalah :
1. Vinnanakkhandha adalah citta 89
2. Vedanakkhandha adalah vedana cetasika
3. Sannakkhandha adalah sanna cetasika
4. Sankharakkhandha adalah cetasika 50
5. Rupakkhandha adalah rupa 28
Apakah definisi atau pengertian cetasika?
Jawab :
Cetasika adalah factor batin atau penyerta batin, yaitu fenomena batin yg bersekutu dgn kesadaran.
Apakah sifat khas cetasika?
Jawab :
Sifat khas cetasika :
1. Munculnya bersamaan dengan citta
2. Padamnya bersamaan dengan citta
3. Objeknya sama dengan citta
4. Landasannya sama dengan citta
DESKRIPSI CETASIKA DAN PENGERTIANNYA
Cetasika terdapat 52 jenis, dan dikelompokkan menjadi 3 bagian :
1. Annasamana cetasika 13 ( 13 cetasika umum ) :
a) Sabbacittasadharana cetasika 7 : 7 cetasika yg terdapat di semua jenis citta
1. Phassa = kontak. Istilah kontak ini bukan berarti kontak secara fisik. Kontak merupakan factor batin yg pekerjaannya seperti sebuah pilar yg bertindak sebagai pendukung yg kuat untuk struktur gedung secara keseluruhan. Manifestasinya bersamaan dengan landasan, objek dan kesadaran. Walaupun disebutkan pertama kali, bukan berarti kontak ini adalah yg pertama. Pembahasan kontak pertama kali ini hanya untuk kepentingan pengajaran, tidak ada hubungannya dengan urutan kemunculannya.
2. Vedana = perasaan. Perasaan merupakan padanan kata yg lebih tepat untuk vedana dibandingkan dengan sensasi seperti yg sering dijumpai. Seperti halnya kontak, perasaan merupakan sebuah kekayaan penting bagi setiap kesadaran. Perasaan dpt berwujud menyenangkan dan bukan menyenangkan juga bukan tidak menyenangkan / netral. Perasaan merupakan factor batin yg merasakan objek ketika objek itu kontak dengan indera.
3. Sanna = pencerapan / persepsi. Arti kata sanna sangat bervariasi tergantung konteks pembahasannya. Untuk menghindari kebingungan, sebaiknya digunakan istilah khusus ug digunakan di dalam hubungan ini sebagai factor batin yg universal. Karakteristik utama dari sanna ini adalah kognisi atas objek dengan cara menandai, seperti biru, hitam, dan sebagainya. Proseduralnya mirip rekognisi seorang tukang kayu terhadap jenis kayu tertentu dengan tanda-tanda yg dibuatnya, mirip seorang ahli batuan yg dapat membedakan berbagai jenis permata dengan tanda-tandanya. Antara sanna, vinnana dan panna dapat di umpamakan dengan seorang anak kecil, seorang dewasa dan seorang dewasa ahli kimia di dlm melihat uang logam. Bagi seorang anak kecil, ia hanya berpersepsi akan sebuah uang logam. Orang dewasa melihatnya dengan mengetahui nilai uang itu, dan bagi ahli kimia, iapun melihatnya bahwa uang ini terdiri dari bahan kimia logam-logam tertentu.
4. Cetana = kehendak, merupakan faktor batin yg berfungsi di dalam koordinasi dan akumulasi. Cetana mengkoordinasikan faktor-faktor batin yg berhubungan dengannya dlm berespons terhadap objek. Seperti seorang ahli tukang kayu yg memenuhi tugasnya dan mengatur pekerjaan orang lainnya, demikian pula, cetana memenuhi fungsinya dan mengatur fungsi faktor batin lain yg berhubungan dengannya. Cetana memegang peranan penting di dlm semua jenis aksi, baik moral maupun immoral. Di dalam kondisi lokiya, cetana merupakan faktor batin yg signifikan sedangkan di lokuttara, panna yg signifikan.
5. Ekaggata = konsentrasi terhadap satu objek, merupakan faktor batin yg mengkonsentrasikan batin terhadap satu objek. Faktor batin ini membuat kokoh batin di dlm mengalami objek.
6. Jivitindriya = penghidup batin, merupakan faktor batin yg melebur kehidupan ke dlm factor-faktor batin yg berhubungan dengannya. Walaupun cetana menentukan aktivitas dari semua faktor batin, jivitindriya yg menginfusi kehidupan ke dlm cetana dan faktor batin lainnya.
7. Manasikara = perhatian, adalah faktor batin yg mengarahkan faktor batin lainnya kepada objek secara spontan.
b) Pakinnaka cetasika 6 : enam cetasika yg muncul di sebagian besar citta
8. Vitakka = Pengerahan kepada objek, merupakan factor batin yg memiliki ciri khusus mengerahkan factor batin kpd objek. Vitakka harus dibedakan dengan manasikara. Manasikara mengarahkan factor-faktor batin ke objek, namun vitakka mengerahkan / membantu menetapkan factor-faktor batin diatas objek. Seorang dari desa, misalnya yg berkunjung ke istana kerajaan untuk pertama kalinya, memerlukan pengenalan dari seorang pengawai istana yg membantu.
9. Vicara = penggunaan batin terhadap objek. Fungsi adalah kelanjutan menggunakan factor-faktor batin kepada objek. Vitakka disebut sebagai penerapan permulaan atas factor-faktor batin sedangkan vicara sebagai penahan penerapan factor-faktor batin. Mirip dengan seekor lebah yg menghinggapi sekuntum bunga teratai adalah vitakka, mirip seperti lebah tersebut yg mengitari bunga teratai itu adalah vicara.
10. Adhimokkha = keputusan, faktor batin yg memutuskan atau memilih, dan merupakan kebalikan dari vicikiccha, keraguan / tak memutuskan. Mirip seorang hakim yg memutuskan sebuah kasus.
11. Viriya = semangat (daya tahan batin/endurance), faktor batin yg membangkitkan semangat dan memiliki cirri khas mendukung, mengukuhkan, mempertahankan faktor-faktor batin. Di dalam kitab komentar, yaitu Atthasalini, viriya seyogyannya dipandang sebagai akar dari semua pencapaian.
12. Piti = kegiuran, ketertarikan, faktor batin yg tergiur / tertarik objek. Piti bukanlah perasaan menyenangkan (sukha), akan tetapi merupakan precursor dari perasaan menyenangkan tersebut. Piti membuat ketertarikan kpd objek, sedangkan sukha memungkinkan seseorang untuk menikmati objek; mirip dengan seorang pengembara yg kehausan di gurun pasir melihat oasis, ketertarikannya adalah piti, dan mirip ketika ia meminum dan mandi air oasis tersebut adalah sukha.
13. Chanda = harapan untuk melakukan. Terdapat tiga jenis chanda, yaitu :
Kammacchanda : nafsu indera, satu dari rintangan batin (immoral)
Kattukamyata chanda : harapan untuk melakukan (unmoral)
Dhammacchanda : harapan kebaikan (moral)
Chanda yang dimaksud didlm cetasika ini adalah kattukamyata chanda
2. Akusala Cetasika 14
a. Mocatuka cetasika : 4 cetasika kelompok Moha :
14. Moha cetasika : kebodohan batin/kegelapan batin, faktor batin yg menyebabkan batin tidak dapat melihat objek secara jelas dan membutakan batin sehingga tidak dapat melihat jelas kusala maupun akusala.
15. Ahirika cetasika : tidak malu akan kejahatan, faktor batin yg menyebabkan batin tidak malu berbuat jahat.
16. Anottappa cetasika : tidak takut akibat perbuatan jahat, faktor batin yg menyebabkan batin tidak menyadari akibat perbuatan jahat. Anottappa harus dibedakan dari tidak takut dalam pengertian umum. Buddha tidak menganjurkan untuk menakuti individu apapun termasuk “GOD”.
17. Uddhacca cetasika : kegelisahan/ketidaktenangan batin, faktor batin yg tidak dpt memegang objek dengan baik.
b. Lotika cetasika : 3 cetasika kelompok Lobha :
18. Lobha cetasika : keserakahan, faktor batin yg menyebabkan terikat terhadap objek
19. Ditthi cetasika : pandangan. Di dalam Buddha Dhamma, ditthi apabila berdiri sendiri, maka diartikan miccha ditthi, pandangan keliru, Moha dan ditthi seyogyanya dibedakan. Moha seperti awan yg menutupi objek, sehingga tidak dapat melihat jelas, sedangkan ditthi tidak menutupi objek, ditthi dapat melihat objek, namun memegang objek secara salah. Ditthi adalah lawan dari Nana, kebijaksanaan. Ditthi menolak sifat alamiah dan memandang secara salah, sedangkan Nana memandang objek sebagaimana sifat sesungguhnya.
20. Mana cetasika : Kesombongan: faktor batin yg menginduksi makhluk dlm perbandingan diri yg lebih rendah, lebih tinggi atau membandingkan sama dengan makhluk lainnya.
c. Docatuka cetasika : 4 cetasika kelompok Dosa :
21. Dosa cetasika : kebencian, faktor batin yg menolak objek
22. Issa cetasika : faktor batin yg menyebabkan iri / cemburu terhadap objek (bersifat objektif)
23. Macchariya cetasika : kekikiran faktor batin yg menyebabkan kikir atas sesuatu yg dimiliki (bersifat subjektif)
24. Kukkucca cetasika : kekhawatiran, faktor batin yg menyebabkan menyesal terhadap perbuatan yg telah dilakukan, yaitu menyesal atas kejahatan yg telah dilakukan atau menyesal atas perbuatan baik yg tdk dilakukan. Kekhawatiran ini adalah kekhawatiran terhadap sesuatu yg telah lewat (lampau).
d. Thina-Middha cetasika 2 :
25. Thina cetasika : kemalasan, kesakitan batin, faktor batin yg merupakan lawan dari viriya, faktor batin ini sering disebut citta-gelanna bertentangan dengan cittakammannata, daya penyesuaian batin.
26. Middha cetasika : kelambanan, tidak aktip, inert, faktor batin yg merupakan lawan dari viriya, faktor batin ini sering disebut kaya-gelanna yg bertentangan dengan kayakammannata, daya penyesuaian tubuh batin. Di dalam hal ini, tubuh batin yg dimaksud bukanlah tubuh fisik, melainkan faktor-faktor batin yg terdiri dari vedana, sanna dan faktor-faktor batin lainnya.
e. 27. Vicikiccha cetasika : keraguan, skeptis, faktor batin yg menimbulkan
keraguan. Sebagai satu dari rintangan batin (nivarana), vicikiccha bukan
berarti ragu terhadap Buddha, Dhamma, Sangha dan seterusnya, tetapi
merupakan sikap batin yg tidak mampu untuk memutuskan.
3. Sobhana cetasika 25 ( 25 faktor batin yg indah ) :
a. Sobhanasadharana cetasika 19 (19 faktor batin indah yg terdpt di semua jenis kusala citta)
b. Virati cetasika 3 (3 faktor batin yg bertanggung jawab did lm 3 jenis pantangan)
c. Appamanna cetasika 2 (2 faktor batin tanpa batas)
d. Pannindria cetasika 1 (1 faktor batin kebijaksanaan)
a. Sobhanasadharana cetasika 19 : Jenis faktor batin indah yg terdapat di semua
jenis kusala citta, terdiri dari :
28. Saddha = faktor batin keyakinan berdasarkan pengetahuan
29. Sati = perhatian terhadap objek sesuai kondisi yg sesungguhnya
30. Hiri = kebalikan dari ahirika (lihat ahirika)
31. Ottappa = kebalikan dari anottappa (lihat anottappa)
32. Alobha = kebalikan dari lobha (lihat lobha cetasika). Alobha merupakan faktor batin yg bertanggung jawab di dlm sikap murah hati
33. Adosa = kebalikan dari dosa (lihat dosa cetasika). Adosa merupakan faktor batin yg bertanggung jawab terhadap sikap batin cinta kasih terhadap semua makhluk (metta di dalam brahma vihara / appamanna 4)
34. Tatramajjhattata = faktor batin yg bertanggung jawab dlm sikap seimbang di dalam menghadapi kondisi yg bergejolak (upekkha di dalam brahma vihara / appamanna 4)
35. 36. Kayapassaddhi dan cittapassaddhi = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam ketenangan faktor-faktor batin (kaya) dan kesadaran (citta). Faktor batin ini lawan dari kegelisahan dan kekhawatiran.
37. 38. Kayalahuta dan cittalahuta = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam keringanan / kecepatan faktor-faktor batin dan kesadaran di dlm menanggapi objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari thina-middha yg menyebabkan sikap berat batin did lm menanggapi objek.
39. 40. Kayamuduta dan cittamuduta = faktor batin yg bertanggung jawab did lm menyingkirkan rigiditas (thambha) dlm faktor-faktor batin dan kesadaran ketika menanggapi objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari miccha-ditthi dan mana yg menimbulkan rigiditas.
41. 42. Kayakammannata dan cittakammannata = faktor batin yg bertanggung jawab did lm adaptabilitas / penyesuaian faktor-faktor batin dan kesadaran terhadap objek yg dialami. Faktor batin ini merupakan lawan dari sisa rintangan abtin lainnya.
43. 44. Kayapagunnata dan cittapagunnata = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam keahlian faktor batin dan kesadaran di dalam memperlakukan objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari sikap batin yg tidak yakin dan seterusnya. Faktor batin ini menekan kesakitan faktor batin dan kesadaran.
45. 46. Kayujukata dan cittujukata = faktor batin yg bertanggung jawab did lm keterusterangan faktor batin dan kesadaran di dlm menanggapi objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari sikap munafik dan ketidakterusterangan.
b. Virati cetasika 3 = 3 faktor batin pantangan
47. Samma vaca cetasika = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam berpantangnya batin terhadap tindakan ucapan yg salah, fitnah, kasar, sia-sia.
48. Samma Kammanta cetasika = faktor batin yg bertanggung jawab di dlm berpantangnya batin terhadap tindakan jasmani yg keliru seperti membunuh, mencuri, berprilaku seksual yg salah.
49. Samma ajiva cetasika = faktor batin yg bertanggung jawab did lm berpantangnya batin terhadap tindakan penghidupan yg salah seperti menjual senjata, makananan/minuman yg melemahkan kewaspadaan, racun, makhluk hidup.
c. Appamanna cetasika 2 = faktor batin tanpa batas. Faktor batin ini disebut juga
sebagai brahma vihara.
50. Karuna cetasika = faktor batin yg bertanggung jawab terhadap sikap belas kasihan terhadap semua makhluk yg menderita
51. Mudita cetasika = faktor batin yg bertanggung jawab terhadap sikap ‘appreciate’ akan kusala kamma / kusala vipaka yg terjadi pada makhluk lain.
d.
52. Pannindriya cetasika = faktor batin bijaksana di dlm memandang hakekat sesungguhnya segala sesuatu.
Apa hakekat sesungguhnya dari ariya sacca 4?
Jawab :
Hakekat sesungguhnya dari ariya sacca 4 adalah :
1. Dukkha sacca : lokiya citta 81, cetasika 51, rupa 28
2. Dukkha Samudaya sacca adalah lobha cetasika
3. Dukkha Nirodha sacca adalah Nibbana
4. Dukkha Nirodha Gaminipatipada Sacca adalah cetasika 8 yg berada did lm magga citta 4 s/d 20
Apa hakekat sesungguhnya dari Tilakkhana?
Jawab :
Hakekat sesungguhnya dari Tilakkhana adalah :
1. Anicca lakkhana adalah citta 89, cetasika 52 dan rupa 28
2. Dukkha lakkhana adalah citta 89, cetasika 52 dan rupa 28
3. Anatta lakkhana adalah citta 89, cetasika 52, rupa 28 dan Nibbana
Apakah hakekat sesungguhnya dari pancakkhandha?
Jawab :
Hakekat sesungguhnya dari pancakkhandha adalah :
1. Vinnanakkhandha adalah citta 89
2. Vedanakkhandha adalah vedana cetasika
3. Sannakkhandha adalah sanna cetasika
4. Sankharakkhandha adalah cetasika 50
5. Rupakkhandha adalah rupa 28
Apakah definisi atau pengertian cetasika?
Jawab :
Cetasika adalah factor batin atau penyerta batin, yaitu fenomena batin yg bersekutu dgn kesadaran.
Apakah sifat khas cetasika?
Jawab :
Sifat khas cetasika :
1. Munculnya bersamaan dengan citta
2. Padamnya bersamaan dengan citta
3. Objeknya sama dengan citta
4. Landasannya sama dengan citta
DESKRIPSI CETASIKA DAN PENGERTIANNYA
Cetasika terdapat 52 jenis, dan dikelompokkan menjadi 3 bagian :
1. Annasamana cetasika 13 ( 13 cetasika umum ) :
a) Sabbacittasadharana cetasika 7 : 7 cetasika yg terdapat di semua jenis citta
1. Phassa = kontak. Istilah kontak ini bukan berarti kontak secara fisik. Kontak merupakan factor batin yg pekerjaannya seperti sebuah pilar yg bertindak sebagai pendukung yg kuat untuk struktur gedung secara keseluruhan. Manifestasinya bersamaan dengan landasan, objek dan kesadaran. Walaupun disebutkan pertama kali, bukan berarti kontak ini adalah yg pertama. Pembahasan kontak pertama kali ini hanya untuk kepentingan pengajaran, tidak ada hubungannya dengan urutan kemunculannya.
2. Vedana = perasaan. Perasaan merupakan padanan kata yg lebih tepat untuk vedana dibandingkan dengan sensasi seperti yg sering dijumpai. Seperti halnya kontak, perasaan merupakan sebuah kekayaan penting bagi setiap kesadaran. Perasaan dpt berwujud menyenangkan dan bukan menyenangkan juga bukan tidak menyenangkan / netral. Perasaan merupakan factor batin yg merasakan objek ketika objek itu kontak dengan indera.
3. Sanna = pencerapan / persepsi. Arti kata sanna sangat bervariasi tergantung konteks pembahasannya. Untuk menghindari kebingungan, sebaiknya digunakan istilah khusus ug digunakan di dalam hubungan ini sebagai factor batin yg universal. Karakteristik utama dari sanna ini adalah kognisi atas objek dengan cara menandai, seperti biru, hitam, dan sebagainya. Proseduralnya mirip rekognisi seorang tukang kayu terhadap jenis kayu tertentu dengan tanda-tanda yg dibuatnya, mirip seorang ahli batuan yg dapat membedakan berbagai jenis permata dengan tanda-tandanya. Antara sanna, vinnana dan panna dapat di umpamakan dengan seorang anak kecil, seorang dewasa dan seorang dewasa ahli kimia di dlm melihat uang logam. Bagi seorang anak kecil, ia hanya berpersepsi akan sebuah uang logam. Orang dewasa melihatnya dengan mengetahui nilai uang itu, dan bagi ahli kimia, iapun melihatnya bahwa uang ini terdiri dari bahan kimia logam-logam tertentu.
4. Cetana = kehendak, merupakan faktor batin yg berfungsi di dalam koordinasi dan akumulasi. Cetana mengkoordinasikan faktor-faktor batin yg berhubungan dengannya dlm berespons terhadap objek. Seperti seorang ahli tukang kayu yg memenuhi tugasnya dan mengatur pekerjaan orang lainnya, demikian pula, cetana memenuhi fungsinya dan mengatur fungsi faktor batin lain yg berhubungan dengannya. Cetana memegang peranan penting di dlm semua jenis aksi, baik moral maupun immoral. Di dalam kondisi lokiya, cetana merupakan faktor batin yg signifikan sedangkan di lokuttara, panna yg signifikan.
5. Ekaggata = konsentrasi terhadap satu objek, merupakan faktor batin yg mengkonsentrasikan batin terhadap satu objek. Faktor batin ini membuat kokoh batin di dlm mengalami objek.
6. Jivitindriya = penghidup batin, merupakan faktor batin yg melebur kehidupan ke dlm factor-faktor batin yg berhubungan dengannya. Walaupun cetana menentukan aktivitas dari semua faktor batin, jivitindriya yg menginfusi kehidupan ke dlm cetana dan faktor batin lainnya.
7. Manasikara = perhatian, adalah faktor batin yg mengarahkan faktor batin lainnya kepada objek secara spontan.
b) Pakinnaka cetasika 6 : enam cetasika yg muncul di sebagian besar citta
8. Vitakka = Pengerahan kepada objek, merupakan factor batin yg memiliki ciri khusus mengerahkan factor batin kpd objek. Vitakka harus dibedakan dengan manasikara. Manasikara mengarahkan factor-faktor batin ke objek, namun vitakka mengerahkan / membantu menetapkan factor-faktor batin diatas objek. Seorang dari desa, misalnya yg berkunjung ke istana kerajaan untuk pertama kalinya, memerlukan pengenalan dari seorang pengawai istana yg membantu.
9. Vicara = penggunaan batin terhadap objek. Fungsi adalah kelanjutan menggunakan factor-faktor batin kepada objek. Vitakka disebut sebagai penerapan permulaan atas factor-faktor batin sedangkan vicara sebagai penahan penerapan factor-faktor batin. Mirip dengan seekor lebah yg menghinggapi sekuntum bunga teratai adalah vitakka, mirip seperti lebah tersebut yg mengitari bunga teratai itu adalah vicara.
10. Adhimokkha = keputusan, faktor batin yg memutuskan atau memilih, dan merupakan kebalikan dari vicikiccha, keraguan / tak memutuskan. Mirip seorang hakim yg memutuskan sebuah kasus.
11. Viriya = semangat (daya tahan batin/endurance), faktor batin yg membangkitkan semangat dan memiliki cirri khas mendukung, mengukuhkan, mempertahankan faktor-faktor batin. Di dalam kitab komentar, yaitu Atthasalini, viriya seyogyannya dipandang sebagai akar dari semua pencapaian.
12. Piti = kegiuran, ketertarikan, faktor batin yg tergiur / tertarik objek. Piti bukanlah perasaan menyenangkan (sukha), akan tetapi merupakan precursor dari perasaan menyenangkan tersebut. Piti membuat ketertarikan kpd objek, sedangkan sukha memungkinkan seseorang untuk menikmati objek; mirip dengan seorang pengembara yg kehausan di gurun pasir melihat oasis, ketertarikannya adalah piti, dan mirip ketika ia meminum dan mandi air oasis tersebut adalah sukha.
13. Chanda = harapan untuk melakukan. Terdapat tiga jenis chanda, yaitu :
Kammacchanda : nafsu indera, satu dari rintangan batin (immoral)
Kattukamyata chanda : harapan untuk melakukan (unmoral)
Dhammacchanda : harapan kebaikan (moral)
Chanda yang dimaksud didlm cetasika ini adalah kattukamyata chanda
2. Akusala Cetasika 14
a. Mocatuka cetasika : 4 cetasika kelompok Moha :
14. Moha cetasika : kebodohan batin/kegelapan batin, faktor batin yg menyebabkan batin tidak dapat melihat objek secara jelas dan membutakan batin sehingga tidak dapat melihat jelas kusala maupun akusala.
15. Ahirika cetasika : tidak malu akan kejahatan, faktor batin yg menyebabkan batin tidak malu berbuat jahat.
16. Anottappa cetasika : tidak takut akibat perbuatan jahat, faktor batin yg menyebabkan batin tidak menyadari akibat perbuatan jahat. Anottappa harus dibedakan dari tidak takut dalam pengertian umum. Buddha tidak menganjurkan untuk menakuti individu apapun termasuk “GOD”.
17. Uddhacca cetasika : kegelisahan/ketidaktenangan batin, faktor batin yg tidak dpt memegang objek dengan baik.
b. Lotika cetasika : 3 cetasika kelompok Lobha :
18. Lobha cetasika : keserakahan, faktor batin yg menyebabkan terikat terhadap objek
19. Ditthi cetasika : pandangan. Di dalam Buddha Dhamma, ditthi apabila berdiri sendiri, maka diartikan miccha ditthi, pandangan keliru, Moha dan ditthi seyogyanya dibedakan. Moha seperti awan yg menutupi objek, sehingga tidak dapat melihat jelas, sedangkan ditthi tidak menutupi objek, ditthi dapat melihat objek, namun memegang objek secara salah. Ditthi adalah lawan dari Nana, kebijaksanaan. Ditthi menolak sifat alamiah dan memandang secara salah, sedangkan Nana memandang objek sebagaimana sifat sesungguhnya.
20. Mana cetasika : Kesombongan: faktor batin yg menginduksi makhluk dlm perbandingan diri yg lebih rendah, lebih tinggi atau membandingkan sama dengan makhluk lainnya.
c. Docatuka cetasika : 4 cetasika kelompok Dosa :
21. Dosa cetasika : kebencian, faktor batin yg menolak objek
22. Issa cetasika : faktor batin yg menyebabkan iri / cemburu terhadap objek (bersifat objektif)
23. Macchariya cetasika : kekikiran faktor batin yg menyebabkan kikir atas sesuatu yg dimiliki (bersifat subjektif)
24. Kukkucca cetasika : kekhawatiran, faktor batin yg menyebabkan menyesal terhadap perbuatan yg telah dilakukan, yaitu menyesal atas kejahatan yg telah dilakukan atau menyesal atas perbuatan baik yg tdk dilakukan. Kekhawatiran ini adalah kekhawatiran terhadap sesuatu yg telah lewat (lampau).
d. Thina-Middha cetasika 2 :
25. Thina cetasika : kemalasan, kesakitan batin, faktor batin yg merupakan lawan dari viriya, faktor batin ini sering disebut citta-gelanna bertentangan dengan cittakammannata, daya penyesuaian batin.
26. Middha cetasika : kelambanan, tidak aktip, inert, faktor batin yg merupakan lawan dari viriya, faktor batin ini sering disebut kaya-gelanna yg bertentangan dengan kayakammannata, daya penyesuaian tubuh batin. Di dalam hal ini, tubuh batin yg dimaksud bukanlah tubuh fisik, melainkan faktor-faktor batin yg terdiri dari vedana, sanna dan faktor-faktor batin lainnya.
e. 27. Vicikiccha cetasika : keraguan, skeptis, faktor batin yg menimbulkan
keraguan. Sebagai satu dari rintangan batin (nivarana), vicikiccha bukan
berarti ragu terhadap Buddha, Dhamma, Sangha dan seterusnya, tetapi
merupakan sikap batin yg tidak mampu untuk memutuskan.
3. Sobhana cetasika 25 ( 25 faktor batin yg indah ) :
a. Sobhanasadharana cetasika 19 (19 faktor batin indah yg terdpt di semua jenis kusala citta)
b. Virati cetasika 3 (3 faktor batin yg bertanggung jawab did lm 3 jenis pantangan)
c. Appamanna cetasika 2 (2 faktor batin tanpa batas)
d. Pannindria cetasika 1 (1 faktor batin kebijaksanaan)
a. Sobhanasadharana cetasika 19 : Jenis faktor batin indah yg terdapat di semua
jenis kusala citta, terdiri dari :
28. Saddha = faktor batin keyakinan berdasarkan pengetahuan
29. Sati = perhatian terhadap objek sesuai kondisi yg sesungguhnya
30. Hiri = kebalikan dari ahirika (lihat ahirika)
31. Ottappa = kebalikan dari anottappa (lihat anottappa)
32. Alobha = kebalikan dari lobha (lihat lobha cetasika). Alobha merupakan faktor batin yg bertanggung jawab di dlm sikap murah hati
33. Adosa = kebalikan dari dosa (lihat dosa cetasika). Adosa merupakan faktor batin yg bertanggung jawab terhadap sikap batin cinta kasih terhadap semua makhluk (metta di dalam brahma vihara / appamanna 4)
34. Tatramajjhattata = faktor batin yg bertanggung jawab dlm sikap seimbang di dalam menghadapi kondisi yg bergejolak (upekkha di dalam brahma vihara / appamanna 4)
35. 36. Kayapassaddhi dan cittapassaddhi = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam ketenangan faktor-faktor batin (kaya) dan kesadaran (citta). Faktor batin ini lawan dari kegelisahan dan kekhawatiran.
37. 38. Kayalahuta dan cittalahuta = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam keringanan / kecepatan faktor-faktor batin dan kesadaran di dlm menanggapi objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari thina-middha yg menyebabkan sikap berat batin did lm menanggapi objek.
39. 40. Kayamuduta dan cittamuduta = faktor batin yg bertanggung jawab did lm menyingkirkan rigiditas (thambha) dlm faktor-faktor batin dan kesadaran ketika menanggapi objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari miccha-ditthi dan mana yg menimbulkan rigiditas.
41. 42. Kayakammannata dan cittakammannata = faktor batin yg bertanggung jawab did lm adaptabilitas / penyesuaian faktor-faktor batin dan kesadaran terhadap objek yg dialami. Faktor batin ini merupakan lawan dari sisa rintangan abtin lainnya.
43. 44. Kayapagunnata dan cittapagunnata = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam keahlian faktor batin dan kesadaran di dalam memperlakukan objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari sikap batin yg tidak yakin dan seterusnya. Faktor batin ini menekan kesakitan faktor batin dan kesadaran.
45. 46. Kayujukata dan cittujukata = faktor batin yg bertanggung jawab did lm keterusterangan faktor batin dan kesadaran di dlm menanggapi objek. Faktor batin ini merupakan lawan dari sikap munafik dan ketidakterusterangan.
b. Virati cetasika 3 = 3 faktor batin pantangan
47. Samma vaca cetasika = faktor batin yg bertanggung jawab di dalam berpantangnya batin terhadap tindakan ucapan yg salah, fitnah, kasar, sia-sia.
48. Samma Kammanta cetasika = faktor batin yg bertanggung jawab di dlm berpantangnya batin terhadap tindakan jasmani yg keliru seperti membunuh, mencuri, berprilaku seksual yg salah.
49. Samma ajiva cetasika = faktor batin yg bertanggung jawab did lm berpantangnya batin terhadap tindakan penghidupan yg salah seperti menjual senjata, makananan/minuman yg melemahkan kewaspadaan, racun, makhluk hidup.
c. Appamanna cetasika 2 = faktor batin tanpa batas. Faktor batin ini disebut juga
sebagai brahma vihara.
50. Karuna cetasika = faktor batin yg bertanggung jawab terhadap sikap belas kasihan terhadap semua makhluk yg menderita
51. Mudita cetasika = faktor batin yg bertanggung jawab terhadap sikap ‘appreciate’ akan kusala kamma / kusala vipaka yg terjadi pada makhluk lain.
d.
52. Pannindriya cetasika = faktor batin bijaksana di dlm memandang hakekat sesungguhnya segala sesuatu.
Monday, 28 January 2013
Puisi Ulang Tahun
Selamat Ulang Tahun Untuk Sahabat
Untukmu yang berulang tahun..
Tidur lah dengan lelap..
Jangan hiraukan semua yang
mengganggu tidurmu..
Beristirahat lah dengan damai di
ranjangmu..
Lupakan semua yang meresahkanmu
esok..
Karena besok adalah hari istimewa
kamu..
Bergerak lah perlahan hai sang
waktu..
Berhenti lah sejenak walau tuk
sekali saja..
Karena kali ini aku tak boleh
terlambat..
Karena ada ucapan selamat ulang
tahun..
yang harus sampai tepat waktu..
Selamat ulang tahun aku ucapkan..
Biarpun tak semahal berlian..
Meskipun tak sewangi bunga
mawar..
Dan tak seindah rangkaian puisi..
Hanya kalimat sederhana yang
merangkum semuanya..
Dengan doa di setiap kata yang
terucap..
Haruskah meniup lilin ketika kamu
berulang tahun?
Pentingkah saling melempar kue
yang tak termakan?
Perlukah kita membiarkan diri
berfoya foya?
Kadang hadiah terbaik,
Datang dari sebuah pemahaman..
Maka merenunglah sejenak di hari
kelahiranmu..
Kamu sudah bertambah dewasa
sekarang..
Selamat Ulang Tahun Sahabatku.
Welcome
SELAMAT DATANG DI BLOG ADITYA DHAMMA JAYA
Blog yang baru dan sederhana yang saya gunakan untuk berbagi informasi tentang kegiatan yang berlangsung pada setiap orang. Mungkin anda bingung dengan apa yang saya tuliskan ini tetapi jika ada informasi penting semoga saya bisa membagikan informasi itu kepada pembaca semuanya.
......terima kasih.....
Penulis
Subscribe to:
Posts (Atom)